Sleman
Lepas 10 Ton Lele, Ratusan Pemancing Jejali Selokan Mataram
Meski sinar matahari semakin terik tak menyurutkan semangat ratusan orang tersebut untuk memancing lele di Selokan tersebut.
Penulis: rid | Editor: Gaya Lufityanti
"Dengan acara ini (Mancing Geerrsama) jadi bisa kenal satu sama lain dan jadi nambah paseduluran (Kenalan) juga. Ya harapannya dua atau tiga bulan sekali rutin bisa diadakan lagi acara seperti ini sama pemerintah," katanya.
Sementara itu, koordinator umum acara mancing geerrsama, Widihasto Wasana Putra menjelaskan acara tersebut merupakan event kebudayaan dan mengajak masyarakat untuk membaur satu sama lain dalam suka cita.
Dijelaskannya pula, kata Geerrsama sendiri merupakan sebuah plesetan, mengingat acara tersebut penuh suka cita dan sarat akan kegembiraan masyarakat.
"Juga sebagai wujud memberikan hiburan untuk warga dengan pemanfaatan ikan. Selain itu untuk memperingati peristiwa yang terjadi pada 5 September 1945 silam saat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat gabung ke dalam NKRI, dan mengenang jasa besar Sri Sultan HB XI dalam membangun Selokan Mataram," ucapnya.
Dikatakannya, 10 ton lele disebar ke 14 titik mulai dari ujung barat hingga ujung timur.
Titik-titik tersebut antara lain Banyurejo, Beluran, Barongan, Ayangan, Margoluwih, Kutuasem, Kutudukuh, UGM, Pringwulung, Pringgolayan, Nologaten, Babarsari, Pugeran dan Sanggrahan.
"Disebar dari Tempel sampai Maguwoharjo," katanya.
Disinggung mengenai adanya unsur kampanye jelang Pilpres 2019, Hasto menampiknya dan menyebut kegiatan itu semata-mata event kebudayaan guna memperingati peristiwa 5 September 1945.
Meski diakuinya penyelenggara acara memang dari Rejomulia yang notabennya pendukung satu pasangan dalam pilpres tahun 2019.
"Lihat saja, ada alat peraga kampanye tidak? kan tidak ada. Kalau ada atribut juga akan kita copot karena ini event kebudayaan," ujarnya.
Baca: Tak Melulu Soal Hasil Tangkapan, Memancing Jadi Hobi yang Melatih Kesabaran
Selain itu, disinggung mengenai adanya penolakan dari aktivis peduli sungai beberapa hari lalu.
Hasto menilai bahwa kegiatan tersebut tidak melanggar dan menyalahi aturan, mengingat pihaknya telah berkonsultasi dengan Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) DIY, dan jenis lele yang digunakan juga kerap dibudidayakan di Indonesia.
"Saya kira wajar dalam alam demokrasi berpendapat, tapi kritiknya mungkin salah alamat karen ini bukan aliran sungai. Untuk jenis lele sendiri jenis lele dumbo varietas mutiara yang dibudidayakan pemerintah Indonesia dan 10 ton itu kami ambil dari pembudidaya di Yogya, artinya kami nglarisi pembudidaya di Yogya," ujarnya. (*)