Bantul

Ungkapan Rasa Syukur Atas Hasil Pertanian yang Melimpah, Dusun Pokoh 2 Dlingo Gelar Merti Dusun

Ungkapan Rasa Syukur Atas Hasil Pertanian yang Melimpah, Dusun Pokoh 2 Dlingo Gelar Merti Dusun

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Warga Dusun Pokoh 2, Desa Dlingo, Bantul menggelar acara merti dusun sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas hasil pertanian yang melimpah, Rabu(5/9/2018). 

Laporan Reporter Tribun Jogja Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM - Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah, Dusun Pokoh 2, Desa Dlingo, Dlingo, Bantul, Yogyakarta menggelar upacara tradisi merti dusun, Rabu (5/9/2018)

Serangkaian upacara dimulai dengan kirab budaya, menampilkan aneka kesenian dan mengarak lima gunungan hasil bumi.

Tokoh masyarakat Pokoh 2, Totok Sudarto, mengatakan, merti dusun merupakan tradisi rutin yang dilakukan masyarakat  sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, atas karunia melimpahnya hasil pertanian.

"Merti dusun ini sedekah. Karena hasil pertanian melimpah. Sehingga kami bersyukur," kata Totok kepada Tribunjogja.com,Rabu (5/9/2018).

Baca: Pererat Solidaritas Antara Saka Bhayangkara dan Satmabhara, Polda DIY Gelar Camping Bersama

Tradisi merti dusun berlangsung meriah. Ribuan masyarakat desa, bersama perangkat pemerintahan desa dan Muspika kecamatan Dlingo guyup rukun.

Setelah diarak dan didoakan, lima gunungan yang berisi hasil bumi itu langsung menjadi jarahan warga.

Warga Dusun Pokoh 2, Desa Dlingo, Bantul  mengarak gunungan hasil bumi dalam acara merti dusun, Rabu(5/9/2018)
Warga Dusun Pokoh 2, Desa Dlingo, Bantul mengarak gunungan hasil bumi dalam acara merti dusun, Rabu(5/9/2018) (Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin)

Gunungan langsung ludes dalam hitungan menit. Masyarakat saling berebut supaya bisa mendapatkan hasil bumi.

Baca: Respon Laporan Warga, Satpol PP Sleman Periksa Dua Gudang Besar di Pakem dan Gamping

Seorang warga, Wajin, mengatakan, dirinya setiap tahun senantiasa mengikuti tradisi merti dusun. Alasannya sederhana, hanya ingin mendapatkan keberkahan.

"Supaya berkah. Bisa menghidupi keluarga, anak cucu," ucapnya.

Setelah jarahan gunungan selesai, acara dilanjutkan dengan kenduri, ritual memanjatkan doa demi keselamatan segenap warga desa. (tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved