Kulonprogo

Bahaya Kebakaran di Perbukitan Menoreh

Kawasan perbukitan Menoreh sangat rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau ini.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
Tribun Jogja/ Suluh Pamungkas
Ilustrasi kebakaran 

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Kawasan perbukitan Menoreh sangat rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau ini.

Masyarakat diimbau untuk terus waspada terhadap potensi munculnya api.

Baca: Hingga Agustus, 47 Kasus Kebakaran Terjadi di Kota Yogya

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo, Ariadi mengatakan tingkat kekeringan pada musim kemarau ini cukup tinggi dan kerawanan kebakaran lahan pada kawasan hutan juga turut meninggi dengan banyaknya pohon meranggas.

"Adanya daun kering dari pohon meranggas jadi penanda termudah potensi terjadinya kebakaran karena relatif mudah tersulut jika ada api yang muncul," kata Ariadi pada Tribunjogja.com, Selasa (4/9/2018).

Meski belum memiliki pemetaan khusus dan data keluasan wilayah potensial kebakaran lahan, Ariadi menyebut kerawanan itu ada di kawasan perbukitan Menoreh seperti Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, dan Kokap.

Di wilayah tersebut banyak terdapat lahan hutan milik warga yang berdekatan dengan lahan pertanian ataupun berbatasan langsung dengan kawasan permukiman penduduk.

Jenis pepohonan jati, pinus, bambu, albasia, sengon laut, hingga tebu banyak dibudidayakan warga setempat dan biasanya meranggas saat musim kemarau sehingga daun keringnya gampang terbakar.

Pada musim kemarau ini, setidaknya sudah terjadi dua kali kebakaran lahan di kawasan perbukitan Menoreh yakni di Kokap dan Kalibawang.

Pada kejadian di Pedukuhan Ngaren, Desa Banjarasri, Kalibawang, akhir Agustus lalu, api dengan cepat merambat membakar lahan hingga keluasan sekitar 20 hektare lantaran banyak serasah dan dedaunan kering di lahan tersebut.

Angin yang berembus turut memacu kobaran api sehingga areal yang terbakar meluas dengan cepat.

Api diduga berasal dari puntung rokok yang masih menyala.

Di Kulonprogo, kata Ariadi, pencetus api kebanyakan memang akibat ulah manusia seperti adanya puntung rokok atau bekas bakar sampah yang belum padam.

Hal ini berbeda dari peristiwa kebakaran hutan di Sumatera atau Kalimantan yang bisa disebabkan oleh gesekan ranting dan daun kering. Maka itu, langkah terbaik adalah pencegahan munculnya titik api dengan lebih banyak mensosialisasikannya pada masyarakat.

"Kami wanti-wanti agar tidak buang puntung rokok sembarangan dan mematikan bekas bakar sampah. Kalau daun sudah terbakar, kena angin sedikit saja api pasti cepat menyala dan meluas. Menjangkau titik api tidak mudah dengan kontur wilayah yang terjal perbukitan seperti itu," kata dia.

Baca: BPBD Bantul : Tiap Hari Ada 3 sampai 4 Titik Kebakaran

Kepala Desa Banjarasri, Edi Rianto mengatakan pada kejadian kebakaran lahan yang lalu, api cepat mmebesar dan meluas meski titik api pertamanya terlihat di dekat jalan pedukuhan setempat.

Topografi tanah yang miring dan tiupan angin kencang menyebabkan api dengan cepat membesar dan sulit dipadamkan.

"Sulitnya medan menjadi kendala upaya pemadaman sehingga hanya bisa dilakukan dengan memutus alur penyebarannya," jelasnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved