Bantul
Pasar Kebon Empring, Tempat Menikmati Masakan Tradisional dan Menikmati Alam
Nuansa tradisional ini, menurut Titik benar-benar dijaga, meskipun dari kanan-kiri banyak yang meminta tempat tersebut diberi sentuhan warna-warni
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Alunan musik Ebiet G. Ade berjudul Cintaku Kandas di Rerumputan terdengar sayup-sayup dari tanah lapang di pinggir Kali Gawe, Dukuh Bintaran Wetan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Sabtu (11/8/2018).
Berjalan ke arah sumber suara, rumpun bambu nan rimbun menyambut.
Tak seberapa jauh, terlihat orang-orang saling bercengekarama diiringi suara gemercik air yang mengalir.
Tempat itu bernama Pasar Kebon Empring.
Pasar diartikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual-beli, antara beberapa penjual makanan dan minuman layaknya aktivitas pasar pada umumnya.
Kebon empring, karena di lokasi tersebut ditumbuhi banyak tanaman bambu nan rimbun.
Baca: Beragam Kerajinan dari Rotan Bambu Karya Siswa SD Tangkil Dipamerkan di Bantul Expo 2018
Teduh, nyaman, dan menenangkan, adalah kesan pertama yang terasa begitu berada di Pasar Kebon Empring.
Tak ada suara deru mesin kendaraan bermotor di tempat ini.
Yang ada, cuitan khas gesekan batang bambu, semilit angin yang menabrak daun bambu, dan gemercik air sungai.
Sementara itu di pinggir sungai, nampak ibu-ibu yang mengawasi buah hati mereka yang sedang berenang dan mencari ikan di sungai yang airnya nampak bersih.
Mungkin saking nyamannya, sore itu ada seorang ibu yang tertidur lelap di sebuah ranjang bambu tepat di samping aliran sungai.
Titik, salah satu Pengelola Pasar Kebon Empring mengatakan, tempat tersebut mulai dibuat di awal Bulan Puasa sekitar pertengahan Mei lalu.
Menurut dia, Pasar Kebon Empring sebenarnya adalah proyek alternatif setelah ide pertama untuk mengembangkan wisata Bintaran Wetan sulit terealisasi.
“Awalnya kita mau buat rumah landak, lorong macan, tanaman dan perpustakaan hutan di Bukit Berlian di samping sungai. Tapi tidak ada biaya. Waktu itu musim hujan, sulit terealisasi. Lalu kita beralih membuat tempat wisata yang murah tapi tetap bisa dinikmati masyarakat,” kata Titik.
Baca: Pemeriksaan Gigi Gratis Diadakan di Pasar Beringharjo
Walhasil, lahan kosong di pinggir Kali Gawe yang sebelumnya hanya kebun kosong penuh dahan bambu kering disulap menjadi tempat yang bersih, sejuk dan nyaman.
Konsep besarnya adalah pasar tradisional yang menjadi tempat transaksi jual beli dengan fokus menjual kuliner tradisional.
Nuansa tradisional ini, menurut Titik benar-benar dijaga, meskipun dari kanan-kiri banyak yang meminta tempat tersebut diberi sentuhan warna-warni.
Juga tawaran pengadaan fasilitas mandi bola dari pihak ketiga ditolak oleh Titik karena menyimpang dari konsep tradisional yang diusung.
“Kami ingin tempat ini layaknya nama Kebon Empring, kebon ya seperti kebun yang tidak ada fasilitas modern tapi bersih dan nyaman. Makanan dan minuman yang dijual juga mayoritas bernuansa tradisional. Penjualnya juga hanya warga sekitar Bintaran Wetan saja,” kata Titik.
Dijelaskan Titik, setidaknya ada 25 jenis makanan dan minuman tradisional yang dijual di Pasar Kebon Empring.
Diantaranya nasi wiwit, nasi wader, nasi gemak, sayur asem, sate kere, lontong sayur, pecel lele, mie letek, lotek, es kuwud, es tebu, dawet batok dan wedang ronde.
Baca: Permainan Tradisional Dapat Menurunkan Agresivitas Anak
Pihak pengelola pun percaya diri, dengan konsep tradisional yang diusung, Pasar Kebon Empring punya jati diri.
Dengan kunjungan kisaran 200-400 hari biasa dan ribuan orang saat weekend, pengelola optimis pengunjung cukup dipuaskan dengan sajian makanan dan minuman tradisional.
Sistem non tiket juga akan terus diterapkan.
Pengunjung hanya membayar parkir.
Hanya saja, pengelola pasar menyediakan kotak sumbangan sukarela yang nantinya dipakai untuk pengembangan lokasi.
“Kalau dibuka kotaknya banyak pecahan Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, kami sudah sangat senang,” kata Titik.
Ke depan, menurut Titik, pihak pengelola punya impian untuk membuat panggung pertunjukkan sebagai wadah untuk masyarakat menyalurkan bakat seninya.
Juga, sebuah taman baca mini untuk membuat anak-anak lebih betah berada di pasar dan menjauhkan mereka dan gadget masing-masing.
Baca: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Saat Berwisata ke Gunung Api Purba Nglanggeran Gunungkidul
Juga rencana awal yang tertunda, membuat spot wisata, salah satunya spot sunset di Bukit Berlian.
Lokasi tersebut, juga akan dibuat track motorcross untuk menjadi wadah memacu adrenalin.
“Impian kami Bintaran Wetan ini bisa menjadi destinasi wisata, dan mengangkap nama Piyungan dan Bantul,” kata Titik.
Erna Handayani, salah satu pengunjung asal Banguntapan, Bantul merasa senang akhirnya bisa datang ke Pasar Kebon Empring.
“Sudah lumayan lama dengar ada tempat ini, tapi baru sekarang bisa datang. Kebetulan suami sedang libur kerja jadi bisa diajak. Ternyata benar. Tempatnya asik,” kata Erna.
Yang menjadikan Pasar Kebon Empring asik untuk Erna, adalah suasana alami yang benar-benar terasa.
Selain itu, meskipun lokasinya berada di tempat terbuka, Erna tidak merasa udara panas.
Ini karena rimbunnya batang pohon bambu dan semilir angin yang begitu menyejukkan.
Erna pun berharap, keasrian Pasar Kebon Empring dijaga supaya tetap nyaman untuk dikunjungi.
“Kalau bisa dibiarkan seperti ini saja, sudah enak. Kalau ditambah fasilitas ya yang natural saja dan arahnya untuk edukasi. Soalnya tempatnya bagus untuk anak belajar dekat dengan alam,” katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)