Kota Jogja
Ruang Pejalan Kaki di Jalan Juminahan Dihabisi Pedagang Bendera
Trotoar di sekitar jembatan Jalan Juminahan disulap warga menjadi etalase toko musiman.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Trotoar di sekitar jembatan Jalan Juminahan disulap warga menjadi etalase toko musiman.
Baik di sisi selatan maupun utara sejak beberapa hari terakhir ini penuh dengan bendera merah putih dan juga bambu yang ditata memenuhi ruang yang menjadi hak pengguna jalan.
Seorang penjual di sisi selatan, Thoha mengaku sudah berdagang di daerah tersebut dari tahun ke tahun.
Namun ketika diminta keterangan lebih lanjut, Thoha enggan memberikan komentar.
"Sama anak saya saja yang itu, saya mau jemput cucu," ungkap pria yang mengaku warga sekitar Juminahan tersebut kepada Tribunjogja.com, Kamis (2/8/2018).
Baca: Forpi Pantau Pedagang Bambu dan Bendera yang Memenuhi Area Pejalan Kaki
Sementara itu, pedagang lain di sisi selatan yakni Bambang menjelaskan walaupun dirinya membuka dagangan di atas trotoar, namun ia masih memberikan ruang jalan bagi pejalan kaki.
"Ini nggak full, masih ada space jalan," ucapnya sembari menunjuk satu petak kecil lajur di trotoar yang tidak terhadang dagangannya.
Ia mengatakan dirinya berdagang bendera dan bambu secara musiman, yakni seperti pada saat menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus mendatang.
"Ini jualan sejak tanggal 25 Juli sampai 17 Agustus nanti. Biasanya ramai pembeli saat sudah masuk bulan Agustus seperti sekarang," tambahnya.
Ia mengaku, memilih trotoar untuk memajang dagangannya karena dekat dengan rumahnya yang berada di bawah jembatan.
"Karena dekat dengan rumah. Ini saya jual bendera, umbul-umbul, dan bambu," urainya.
Terkait dengan aktifitas yang dilakukannya, Bambang mengaku belum pernah mendapatkan surat dari pihak kecamatan terkait larangan dagang atau instruksi untuk menata dagangannya agar tidak terlalu merampas hak pengguna jalan.
"Belum dapat surat dari kecamatan," ujarnya.
Koordinator Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta, Fx Harry Cahya yang turun ke lapangan untuk memantau kondisi di sana menjelaskan bahwa aktifitas pedagang tersebut membahayakan pengguna jalan, terutama pejalan kaki.
"Ini bambunya diletakkan di sini dengan kondisi runcing-runcing. Pejalan kaki harus turun dari trotoar kalau jalan, padahal kendaraan di sini juga padat. Ini sangat berbahaya," tuturnya.
Baca: Pedagang Bambu dan Bendera Penuhi Trotoar
Ia pun menjelaskan bahwa ruang jalan untuk pejalan kaki yang disediakan pedagang kurang manusiawi karena lebarnya yang hanya sejengkal.
"Pejalan kaki tidak punya tempat jalan kaki. Posisi seperti ini, mereka tidak akan memilih jalan di sana, mereka memilih jalan di badan jalan. Padahal itu berbahaya. Nggak ada space orang berjalan kaki," ungkapnya.
Ia pun meminta pemerintah, dalam hal ini pihak kecamatan dan Satpol PP Kota Yogyakarta untuk bisa segera mengambil tindakan sebelum seluruh trotoar di Jalan Juminahan dikuasai pedagang dan tidak ada ruang lagi bagi pejalan kaki.
"Penjual ini hanya cari praktisnya saja. Cari mudahnya. Pemerintah harus segera melakukan edukasi kepada pedagang. Hak pejalan kaki harus segera dikembalikan," pungkasnya.(*)