Bantul
Di Mata Sahabat, Soenarto Pr Sosok Seniman Besar yang Sederhana
Di Mata Sahabat, Soenarto Pr, Pendiri Sanggarbambu merupakan Sosok Seniman Besar yang Sederhana.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM - Dunia seni Indonesia sedang berduka.
Maestro pastel terbaik tanah air, Soenarto Prawirohardjono atau dikenal juga dengan Soenarto Pr berpulang di usianya yang ke -86 tahun di Rumah Sakit PKU Gamping, pada Selasa (25/7/2018) pukul 23.10 WIB.
Perjalanan Soenarto Pr dalam kancah seni Indoensia dimulai usai menyelesaikan pendidikan di ASRI Yogyakarta tahun 1954.
Ia bersama temannya, Wardoyo Soemadji, Mulyadi dan Soeharto Pr mendirikan sebuah sanggar nonpolitik pada 1 April 1959 bernama Sanggarbambu.
Karena keuletannya menekuni seni pastel, Soenarto Pr dikenal juga sebagai Raja Pastel Indonesia. Bahkan beberapa karya-karyanya menjadi koleksi Istana Negara.
Selain melukis, Soenarto Pr juga menekuni dunia patung. Sebagian besar karyanya dikenal berbentuk patung dada pahlawan nasional Indonesia.
Seperti Patung Ki Hajar Dewantara, Bung Tomo, maupun patung utuh Jenderal Gatot Subroto yang dipajang di Purwokerto.
Baca: Seniman dan Pendiri Sanggarbambu, Soenarto Pr Berpulang
Anak didik sekaligus sahabat Karib Soenarto Pr, Liek Suyanto, mengungkapkan, Soenarto Pr merupakan sosok yang santun, sederhana dan bisa mengayomi para sahabat.
"Dia itu bisa ngemong (mengasuh). Dia itu teman, sahabat, guru dan Bapak yang baik," ungkapnya.
Menurutnya Soenarto Pr merupakan sosok yang tidak pernah mengutamakan materi, dan selalu memberi motivasi semangat untuk berkarya.
"Beliau itu entengan materi, memberi tanpa pamrih. Dia selalu bantu sahabat-sahabatnya yang membutuhkan. Karena bagi dia, berkesenian adalah energi luar biasa," tutur dia.
Liek Suyanto yang juga merupakan aktor film ini, mengaku sangat kehilangan sosok yang sudah dianggap gurunya.
Baginya, kepergian Soenarto Pr adalah duka bagi seni Indonesia.
Lebih lanjut, ia bercerita, awal mula berkenalan dengan sosok almarhum kisaran pada tahun 1962. Kala itu ia masih sangat awam dunia seni.
"Kala itu, saya lihat dia sedang melukis di Kota Yogya. Saya tertarik dan ingin belajar. Saya bilang ke dia, saya nggak bisa melukis. Terus dia menjawab, belum mulai melukis kok sudah bilang nggak bisa," ujar Liek Suyanto, menirukan percakapan dirinya dengan Soenarto Pr.
Dari situ, semangatnya untuk belajar terus tumbuh. Ia mengaku dikasih kertas dan kanvas untuk memulai melukis.
"Lukisan pertama saya cuma dilingkari merah sama dia (Soenarto). Dia bilang, mananya yang tidak bagus," ungkap Liek.
Berjalannya waktu, lukisan pertama Liek yang mendapat coretan merah dari Soenarto Pr ternyata mampu menjadi juara kontes lukisan di Tokyo, Jepang.
"Itu kenangan yang masih saya ingat. Dia (Soenarto Pr) itu sangat mengayomi kepada orang yang mau belajar seni," ujar dia.
Diungkapkan Liek, soenarto Pr juga merupakan sosok yang sangat sederhana dan ulet belajar meski kepada anak muda.
Menurutnya, meski sudah memiliki nama besar namun soenarto Pr selalu memegang teguh idealismenya.
Hal itulah yang membuat dirinya kagum dan selalu minta doa restu ketika akan menggelar pameran seni.
Satu kalimat yang selalu Liek ingat kepada sosok Soenarto Pr adalah ketika dirinya dinasehati kalau di Sanggarbambu jangan pernah berfikir untuk bekerja tetapi belajar dan berkarya.
"Jangan pernah berfikir untuk bekerja, tetapi di sini (Sanggarbambu) itu belajar dan berkarya. Itu kalimat yang masih saya ingat, tentang kesederhanaan beliau," ungkapnya.
Liek Suyanto tampak sangat kehilangan atas kepergian sosok yang sudah dianggap guru, teman, sahabat dan bapak terbaiknya itu.
Ia mengaku dikabari pertama kami tentang kepergian almarhum pada Rabu (25/7/2018) dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB oleh anak kandung Soenarto Pr.
Pagi harinya, ia kemudian bergegas datang ke rumah duka untuk ikut mengantarkan kepergian almarhum ke tempat peristirahatan terakhir.
Duka juga dirasakan oleh Ketua Sanggarbambu, Totok Buchori. Baginya, sosok Soenarto Pr adalah bapak, teman sahabat, dan oksigen luar biasa dalam berkesenian.
"Dia itu pendidik yang baik. Seperti oksigen, dia pemberi hidup, dan semangat bagi dunia seni," ujar dia. (tribunjogja)