Transkrip Lengkap Surat Terbuka Mesut Ozil : Amarahnya Meledak Ungkap Perlakuan Rasis

Mesut Oezil resmi mundur dari timnas Jerman. Ini disampaikan Ozil lewat surat terbuka yang berisikan amarahnya atas perlakukan rasis

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
via Kompas.com
Wasit Alireza Faghani berbicara dengan Toni Kroos dan Mesut Oezil pada pertandingan Jerman vs Meksiko di Stadion Luzhniki, 17 Juni 2018. 

TRIBUNJOGJA.com - Mesut Oezil secara resmi mundur dari timnas Jerman.

Ini disampaikan Ozil lewat surat terbuka yang berisikan tanggapan atas kritik, cacian dan cemoohan yang terus menerus ia terima belakangan ini pada Minggu (22/7/2018)

Pemain 29 tahun menyampaikan kemarahannya atas ketidakadilan yang ia terima selama memperkuat timnas Jerman, terutama saat dirinya berfoto dengan presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Dalam surat yang terdiri dari tiga bagian tersebut, Oezil merasa bahwa federasi sepak bola Jerman (DFB), media, hingga warga Jerman, tidak memandang dirinya secara adil karena mempunyai darah Turki.

Ia menekankan bahwa masalah rasialisme dan tidak adanya rasa menghargai adalah faktor utama penyebab pemain Arsenal ini memutuskan mengakhiri pengabdiannya untuk Tim Panser.

Keputusan gantung sepatu tertera di akhir bagian ketiga surat tersebut berbunyi, "Dengan berat hati dan dengan pertimbangan yang mendalam terhadap peristiwa yang terjadi belakangan, saya (memutuskan) untuk tidak lagi memperkuat timnas Jerman. Saya merasa (menjadi korban) rasialisme dan rasa tidak hormat."

Berikut ini merupakan transkrip lengkap surat terbuka dari Mezut Ozil :

Beberapa minggu ini saya coba merenung dan memikirkan tentang berbagai hal yang telah terjadi dalam beberapa bulan belakangan ini. Hasilna, saya akan mengutarakan pikiran dan perasaan atas apa yang terjadi.

Bertemu Presiden Erdogan

Seperti halnya orang lain, saya memiliki akar garis keturunan yang bukan hanya berasal dari satu negara. Saya memang tumbuh di Jerman, tapi latar belakang keluarga saya adalah Turki. Saya memiliki dua hati, satu Jerman dan satu lagi Turki. Sewaktu saya kecil, ibu saya mengajariku bahwa harus selalu menghormati dan tak pernah melupakan darimana asal usulku, dan nilai-nilai itulah yang saya pegang hingga hari ini.

Pada bulan Mei, Saya bertemu dengan Presiden Erdogan di London, dalam acara amal dan kegiatan pendidikan. Kami pertama kali bertemu pada tahun 2010 silam setelah ia dan Angela Markel menonton pertandingan Jerman vs Turki yang bermain di Berlin. Sejak saat itu, kami telah melewati banyak hal di seluruh dunia. Saya sadar bahwa gambaran kami menyebabkan tanggapan besar di media Jerman, dan sementara beberapa orang mungkin menuduh saya berbohong atau berniat tidak jujur, foto yang kami ambil sebenarna tidak ada nilai-nilai politisnya sama sekali.

Seperti yang saya katakan, ibu saya tidak pernah membiarkan saya melupakan nenek moyang, warisan dan tradisi keluarga saya. Bagi saya, berfoto dengan Presiden Erdogan bukan tentang politik atau tentang pemilihan presiden, ini tentang saya yang mencoba menghormati otoritas tertinggi di negara tempat keluarga saya. Profesi dan pekerjaan saya adalah bermain sepak bola, bukan politisi dan pertemuan kami bukan ditujukan untuk mendukung kebijakan tertentu. Nyatanya, kami hanya berbicara tentang topik yang sama, yakni sepak bola, sebagaimana dirinya juga menyukai sepak bola ketika masih remaja.

Akan tetapi, media Jerman telah menggambarkan pertemua intu sebagai sesuatu yang berbeda, kebenarannya adalah bahwa jika tidak bertemu dengan Presiden maka saya dianggap tidak menghormati akar leluhur saya, yang saya tahu akan bangga dengan keberadaan saya hari ini. Bagi saya, tidak masalah siapa yang menjadi Presiden, tapi yang jelas dialah presiden. Memiliki rasa hormat terhadap jabatan politik adalah pandangan yang saya yakin baik bagi Ratu maupun Perdana Menteri Theresa May ketika mereka juga menjadi tuan rumah Erdogan di London. Apakah itu Presiden Turki atau Jerman, tindakan saya tidak akan berbeda.

Saya mengerti bahwa ini mungkin sulit dipahami, karena di kebanyakan budaya, pemimpin politik tidak dapat dianggap terpisah dari orang tersebut. Tetapi dalam hal ini, itu berbeda. Apa pun hasilnya pada pemilihan sebelumnya, atau pemilihan sebelum sebelumnya, saya masih akan tetap mengambil gambar dengan siapapun orangnya.

Media dan Sponsor

Saya tahu bahwa saya adalah pemain bola yang telah bermain di tiga liga terberat di dunia. Saya beruntung telah mendapatkan dukungan luar biasa dari rekan tim dan staf pelatih saat bermain di Bundesliga, La Liga, dan Liga Premier. Dan di samping itu, sepanjang karier saya, saya belajar untuk berurusan dengan media.

Banyak orang berbicara tentang penampilan saya - banyak yang bertepuk tangan dan banyak yang mengkritik. Jika koran atau cendekiawan menemukan kesalahan dalam permainan yang saya mainkan, maka saya dapat menerima ini - saya bukan pemain bola yang sempurna dan ini sering memotivasi saya untuk bekerja dan berlatih lebih keras. Tetapi apa yang tidak dapat saya terima, adalah media-media Jerman yang berulang kali menyalahkan darimana asal usul saya dan bahkan menggambarkan secara sederhana bahwa kegagalan di Piala Dunia adalah kesalahan saya.

Beberapa surat kabar Jerman menggunakan latar belakang dan foto saya dengan Presiden Erdogan sebagai propaganda sayap kanan untuk memajukan tujuan politik mereka. Kenapa lagi mereka menggunakan gambar dan headline dengan nama saya sebagai penjelasan langsung untuk kekalahan di Piala Dunia Rusia?

Mereka tidak mengkritik penampilan saya. Mereka tidak mengkritik penampilan tim, mereka hanya mengkritik nenek moyang Turki saya dan tak menghormati keterampilan saya. Ini sudah masuk ke ranah pribadi yang tidak boleh dilanggar, karena mereka mencoba mengubah pandangan bangsa Jerman untuk melawan atau membenci saya.

Yang juga membuat saya kecewa yakni adanya standar ganda yang dimiliki media. Lothar Matthaus (kapten kehormatan tim nasional Jerman) pernah bertemu dengan pemimpin dunia lain beberapa hari lalu, dan mereka hampir tidak menerima kritikan dari media. Meskipun perannya dengan DFB (tim nasional Jerman), mereka belum memintanya untuk secara terbuka menjelaskan tindakannya dan dia terus mewakili para pemain Jerman tanpa teguran. Jika media merasa bahwa saya seharusnya meninggalkan skuad Piala Dunia, maka pasti apakah dia juga harus dilucuti dari jabatan kapten kehormatannya? Ataukah karena saya keturunan Turki kemudian saya lebih layak dijadikan sasaran?

Saya selalu berpikir bahwa sahabat selalu mendukung, apakah itu saat senang maupun dalam situasi yang lebih berat. Baru-baru ini, saya berencana mengunjungi bekas sekolah saya, Berger-Feld di Gelsenkirchen, Jerman, bersama dengan dua mitra dalam kegiatan amal saya. Saya mendanai proyek selama satu tahun di mana anak-anak imigran, anak-anak dari keluarga miskin dan anak-anak lain dapat bermain sepak bola bersama dan belajar aturan sosial untuk kehidupan.

Namun, beberapa hari sebelum berangkat, saya malah ditinggalkan oleh apa yang saya sebut 'mitra', yang tidak lagi ingin bekerja dengan saya saat ini. Sebagai tambahan, sekolah memberi penjelasan kepada manajemen bahwa mereka tidak lagi menginginkan saya berada di sana saat ini, karena mereka 'takut pada media' karena foto saya dengan Presiden Erdogan, terutama dengan “partai sayap kanan di Gelsenkirchen yang sedang naik". Sejujurnya, ini sangat menyakitkan. Ini membuat saya seperti tak diharapkan atau menjadikan saya sebagai seseorang yang tak layak untuk mereka.

Selain ini saya ditinggalkan oleh mitra lain. Karena mereka juga sponsor dari DFB, saya diminta untuk ambil bagian dalam video promosi untuk Piala Dunia. Namun setelah foto saya bersama Presiden Erdogan tersebar, mereka kemudian mengeluarkan saya dari program video promosi itu dan membatalkan semua kegiatan promosi yang dijadwalkan. Bagi mereka, video promosi itu tak lagi bagus jika masih diisi oleh saya dan disebut situasi 'manajemen krisis'.

Ini semua ironis karena Kementerian Jerman menyatakan produk mereka memiliki perangkat lunak ilegal dan tidak sah di dalamnya, yang menempatkan pelanggan pada risiko tertentu. Ratusan ribu produk mereka dikenang kembali. Sementara saya dikritik dan diminta untuk membenarkan tindakan saya oleh DFB, tidak ada penjelasan resmi dan publik yang diminta dari sponsor DFB. Mengapa? Apakah saya benar dalam berpikir bahwa ini lebih buruk daripada gambar dengan Presiden negara keluarga saya? Apa yang dikatakan OPE tentang semua ini?

Seperti yang saya katakan sebelumnya, ‘mitra’ harus tetap bersama dalam semua situasi. Adidas, Beats and Big Shoe telah sangat setia dan luar biasa bekerja dengan saya sampai saat ini. Mereka tetap bertahan di tengah omong kosong yang diciptakan oleh pers dan media Jerman, dan kami melaksanakan proyek-proyek kami secara profesional yang sangat saya sukai.

Selama Piala Dunia, saya bekerja dengan Big Shoe dan membantu mendapatkan 23 anak muda yang mengubah kehidupan di Rusia, yang juga pernah saya lakukan sebelumnya di Brasil dan Afrika. Bagi saya ini adalah hal paling penting yang saya lakukan sebagai pemain sepak bola, namun surat kabar tidak menemukan ruang yang positif untuk kegiatan-kegiatan semacam ini.

Bagi mereka, saya dicemooh atau berfoto bersama seorang Presiden lebih penting daripada berita tentang bantuan kepada anak-anak untuk mendapatkan akses medis dan operasi di seluruh dunia. Mereka juga memiliki platform untuk meningkatkan kesadaran dan dana, tetapi memilih untuk tidak melakukannya.

DFB

Masalah yang paling membuat saya frustrasi selama beberapa bulan terakhir ini adalah adalah perbuatan tak menyenangkan dari DFB, dan khususnya Presiden OPE (Presiden Asosiasi Sepakbola Jerman) Reinhard Grindel. Setelah foto saya bersama Presiden Erdogan, saya diminta oleh Joachim Low untuk mempersingkat liburan saya dan pergi ke Berlin dan memberikan pernyataan bersama untuk mengakhiri semua isu.

Sementara saya mencoba untuk menjelaskan kepada Grindel tentang latar belakang keluarga saya, leluhur dan alasan di balik foto itu, tapi dia jauh lebih tertarik untuk berbicara tentang pandangan politiknya sendiri dan meremehkan pendapat saya.

Sementara tindakannya itu sangat merendahkan, kami setuju bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan yakni berkonsentrasi pada sepakbola dan Piala Dunia mendatang. Inilah alasan mengapa saya tidak menghadiri jumpa pers selama persiapan Piala Dunia. Saya tahu wartawan hanya akan membahas masalah politik dan bukan sepakbola, mereka hanya akan menyerang saya, meskipun seluruh masalah itu dianggap telah berakhir oleh Oliver Bierhoff dalam sebuah wawancara TV yang dia lakukan sebelum pertandingan Arab Saudi di Leverkusen.

Selama ini, saya juga bertemu dengan Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier. Tidak seperti Grindel, Presiden Steinmeier profesional dan benar-benar tertarik pada apa yang harus saya katakan tentang keluarga saya, warisan saya dan keputusan saya. Saya ingat bahwa pertemuan itu hanya antara saya sendiri, Ilkay dan Presiden Steinmeier, dan Grindel merasa sangat kesal karena dia tidak diizinkan masuk untuk meningkatkan agenda politiknya sendiri.

Saya setuju dengan Presiden Steinmeier bahwa kami akan merilis pernyataan bersama tentang masalah ini, dalam upaya lain untuk bergerak ke arah dan fokus pada sepakbola. Namun Grindel kesal karena bukan timnya yang mengeluarkan pernyataan pertama, ia kesal karena kantor pers Steinmeier yang mengendalikan masalah ini.

Sejak akhir Piala Dunia, Grindel mendapat banyak tekanan terkait keputusannya sebelum turnamen dimulai, dan memang demikian. Baru-baru ini, dia secara terbuka mengatakan bahwa saya harus sekali lagi menjelaskan semua tindakan saya dan ia memposisikan saya sebagai pihak yang salah atas hasil tim yang buruk di Rusia. Saya berbicara sekarang bukan karena Grindel, tetapi karena saya memang ingin berbicara. Saya tidak akan lagi menjadi kambing hitam karena ketidakmampuan dan ketidakcakapannya untuk melakukan pekerjaannya dengan benar. Saya tahu bahwa dia ingin saya keluar dari tim setelah adanya foto itu, dan mempublikasikan pandangannya di Twitter tanpa berpikir atau berkonsultasi terlebih dahulu, tetapi Joachim Low dan Oliver Bierhoff membela saya dan mendukung saya.

Di mata Grindel dan para pendukungnya, saya orang Jerman hanya ketika kami menang, tetapi saya dipandang sebagai seorang imigran ketika kami kalah. Tak peduli apakah saya juga membayar pajak di Jerman, menyumbangkan fasilitas ke sekolah Jerman dan memenangkan Piala Dunia bersama Jerman pada tahun 2014, tapi saya masih belum diterima di masyarakat. Saya diperlakukan sebagai 'orang yang berbeda'. Saya menerima 'Bambi Award' pada tahun 2010 sebagai contoh integrasi yang sukses dalam masyarakat Jerman, saya menerima 'Silver Laurel Leaf' pada tahun 2014 dari Republik Federal Jerman, dan saya adalah 'Duta Sepakbola Jerman' pada tahun 2015. Namun sangat jelas , Saya bukan orang Jerman ...?

Apakah ada kriteria yang tak saya miliki untuk menjadi orang Jerman sepenuhnya? Teman saya Lukas Podolski dan Miroslav Klose tidak pernah disebut Jerman-Polandia, jadi mengapa saya dipandang sebagai orang Jerman-Turki? Apakah karena Turki? Apakah karena saya seorang Muslim? Saya pikir ini merupakan isu yang sangat penting. Dengan sebutan Jerman-Turki, maka secara tidak langsung itu sudah membedakan orang-orang yang memiliki keluarga dari lebih dari satu negara. Saya lahir dan dididik di Jerman, jadi mengapa orang tidak menerima bahwa saya orang Jerman?

Pendapat Grindel dapat ditemukan di tempat lain juga. Saya dipanggil oleh Bernd Holzhauer (seorang politikus Jerman) seorang "kambing-f *** er" karena foto saya dengan Presiden Erdogan dan latar belakang Turki saya. Selanjutnya, Werner Steer (Kepala Teater Jerman) mengatakan kepada saya untuk "pergi ke Anatolia", sebuah tempat di Turki di mana banyak imigran bermarkas.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, mengkritik dan melecehkan saya karena leluhur keluarga adalah hal tercela yang sudah dilakukan, dan menggunakan diskriminasi sebagai alat propaganda politik merupakan sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan dengan pengunduran diri dari orang-orang yang tidak sopan itu. Orang-orang ini telah menggunakan foto saya dengan Presiden Erdogan sebagai kesempatan untuk mengekspresikan kecenderungan rasis yang sebelumnya tersembunyi, dan ini berbahaya bagi masyarakat.

Mereka tidak lebih baik daripada para suporter Jerman yang mencemooh saya setelah pertandingan melawan Swedia "Ozil, verpiss Dich Du scheiss TiirkensauJ'iirkenschwein hau ab 'atau dalam bahasa Inggris" Ozil, f ** k off you Turkish s ** t, p ** * off You Turkish Pig! '

Saya bahkan tak ingin membahas ujaran kebencian mereka, ancaman melalui panggilan telepon dan komentar menyakitkan di media sosial yang telah diterima oleh keluarga saya dan saya sendiria. Mereka semua mewakili Jerman di masa lalu, Jerman yang tidak terbuka untuk budaya baru, dan Jerman yang tidak saya banggakan. Saya yakin bahwa banyak orang Jerman yang bangga yang merangkul masyarakat secara terbuka dan mereka akan setuju dengan saya.

Dan untuk Anda, Reinhard Grindel, saya sangat kecewa tetapi saya sebenarnya tidak terkejut dengan apa yang telah anda lakukan. Pada tahun 2004, ketika anda merupakan seorang anggota Parlemen Jerman, Anda mengklaim bahwa "multikulturalisme sebenarnya adalah mitos [dan] kebohongan seumur hidup" sementara Anda memilih menentang undang-undang untuk kewarganegaraan ganda dan hukuman untuk suap, serta mengatakan bahwa budaya Islam sudah terlalu mendarah daging di banyak kota Jerman. Ini tidak bisa dimaafkan dan tak terlupakan.

Perlakuan yang saya terima dari OPE dan banyak lainnya membuat saya tidak lagi ingin memakai kaos tim nasional Jerman. Saya merasa tidak diharapkan lagi dan saya berpikir bahwa apa yang telah saya capai sejak debut internasional saya di tahun 2009 telah dilupakan begitu saja. Orang dengan latar belakang diskriminasi rasial tidak boleh bekerja di federasi sepakbola terbesar di dunia yang memiliki banyak pemain dari keluarga warisan ganda. Sikap seperti mereka tidak mencerminkan pemain yang seharusnya mereka wakili.

Maka dari itu dengan berat hati dan setelah saya melakukan banyak pertimbangan karena berbagai kejadian baru-baru ini, Saya memutuskan untuk tidak akan lagi bermain untuk Jerman di tingkat internasional, selama saya menjadi korban diksriminasi rasial dan mendapatkan perlakukan tidak hormat. Saya dulu memakai baju Jerman dengan kebanggaan dan kegembiraan, tapi sekarang saya tidak. Keputusan ini sangat sulit dilakukan karena saya selalu memberikan segalanya untuk rekan tim saya, staf pelatih dan orang-orang Jerman yang baik. Tetapi ketika pejabat tinggi DFB memperlakukan saya seperti yang mereka lakukan, tidak menghormati akar keturunan saya yang dari Turki dan telah menggunakan saya sebagai propaganda politik, maka cukup sudah. Itu bukan alasan saya bermain sepakbola, dan saya tidak akan duduk berdiam diam atau tak melakukan apa-apa untuk menyelesaikan masalah ini.

Rasisme jangan pernah sekalipun ditolerir.

Mesut Ozil

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved