Kota Yogyakarta
OPD dan Masyarakat Bersama Menjalankan Si Kesi Gemes
Pemerintah Kota Yogyakarta telah melihat perubahan pola penyakit yang ada di masyarakat.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota Yogyakarta telah melihat perubahan pola penyakit yang ada di masyarakat.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menjelaskan bahwa dalam 10 tahun terakhir telah terjadi perubahan.
Hal tersebut membuat penyakit yang ada sejak 2010 hingga saat ini, berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya.
"Semula berpola penyakit infeksi seperti TBC, Diare, ISPA. Sementara saat ini yang paking besar dan menjadi penyakit yang mematikan adalah penyakit tidak menular (PTM). Misalkan stroke, kecelakaan, jantung, kanker, diabetes," bebernya, Selaaa (1/5/2018).
Heroe mengatakan bahwa 7 dari 10 orang di Kota Yogya meninggal karena PTM tersebut.
PTM sendiri muncul akibat perilaku konsumsi masyarakat.
Maka, untuk menekan angka kematian dan semakin merebaknya PTM tersebut, pihaknya menggerakkan berbagai OPD dan masyarakat untuk melakukan pencegahan hingga penanganan.
Baca: Pemkot Yogya Perlu Optimalisasi Media Sosial untuk Sampaikan Informasi Publik
"Kalau dilihat jenis penyakit, tidak mungkin dilakukan Dinkes saja. Harus ada banyak OPD dan masyarakat. Misalkan ada kecelakaan maka melibatkan Dishub, menyusun green city maka DLH, dan seterusnya," bebernya.
Berdasarkan hal tersebut, lanjutnya, maka pihaknya mengembangkan Sistem Kelurahan Siaga Gerakan Masyarakat Sehat (Si Kesi Gemes).
Sistem tersebut mekubatkan seluruh OPD dan juga mengandalkan keterlibatan peran serta masyarakat.
"Tidak hanya kelurahan, tapi RT dan RW hingga dasawisma yang PKK itu siaga. Itu adalah jaringan kita untuk memonitor gejala sakit. Alat kita memperokeh masukan penanganan kegawatdaruratan," ungkap Heroe.
Salah satu contoh yang terlihat dari Si Kesi Gemes adalah temuan TBC yang tinggi.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa proses mencari dan mendata penderita TBC berjalan dengan bagus.
"Banyaknya kasus itu karena kita yang mencari. Ini harus segera ditemukan agar TBC tidak menyebar. Penanganan TBC itu harus tertib ke dokter dan disiplin minum obat," tambahnya.
Baca: Pemkot Yogya Minta SMP Adakan Kegiatan Setelah UNBK
Pihaknya dapat memantau Si Kesi Gemes berjalan atau tidaknya melalui SIPPMAS atau Sistem Informasi Promosi Pemberdayaan Masyarakat.
"Selain Si Kesi Gemas, terpantau juga kondisi Kamoung Bebas Asap Rokok dan Kampung Germas," bebernya.
Sementara itu, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Yogyakarta, Tri Mardaya menyebut bahwa Si Kesi Gemes sudah mulai menunjukkan kemajuan yang memuaskan.
Pada 2016, lanjutnya, pihaknya melakukan perombakan besar-besaran agar program tersebut dapat dihidupkan di kampung-kampung.
"Hambatannya dulu adalah banyaknya pengurus yang tidak mau muncul. Sehingga kalau pengurusnya tidak mau muncul, bagaimana masyarakatnya. Ketika diganti, mereka tidak mau. Tapi ketika menjabat, tidak mau membangun. Ini yang kami rombak," tuturnya.
Hingga saat ini, Tri menuturkan ada 3 kelurahan yang sudah mendeklarasikan diri sebagai Kampung Germas yakni Ngampilan dan Terban, sementara 1 kelurahan lainnya yakni Tahunan masih merupakan rintisan dan belum deklarasi.
Pada 2018 ini, terkait inovasi Si Kesi Gemes, Pemkot Yogyakarta diganjar penghargaan oleh pusat.
Penghargaan lain yang baru didapat adalah Penyelenggaraan Otonomi Daerah Kota Yogyakarta dan juga penghargaan terhadap rencana pembangunan.(TRIBUNJOGJA.COM)