Kisah inspiratif

Pelajaran Hidup dari Kisah Mbah Tumirah: Disyukuri, Hasil Berapa pun Cukup untuk Keluarga

Belajar hidup dari kisah Mbah Tumirah: Disyukuri, hasil berapa pun cukup untuk keluarga

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Mbah Tumirah setia berjualan ubi Jalar (telo) di trotoar jalan Mandorakan, Jagalan, Banguntapan, Bantul 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM - Matahari pagi bersinar hangat, pukul delapan siang itu, ketika seorang perempuan lanjut usia tengah duduk diatas trotoar Jalan Madorakan, Jagalan, Banguntapan, Bantul.

Di hadapannya terdapat keranjang bambu beralaskan koran, berisi ubi jalar.

Ditemani sahabat karibnya, ia tampak asyik mengobrol, tanpa mengenal waktu.

Sesekali mereka tampak tertawa bersama, memperlihatkan deretan gigi yang tak lagi utuh.

Kepada Tribun Jogja, perempuan yang tak lagi bisa dikatakan muda ini bernama Mbah Tumirah, ia tinggal di Kotagede.

Setiap hari, sejak puluhan tahun silam, perempuan berusia 65 tahun ini menggantungkan hidup dengan berjualan ubi jalar di trotoar jalan seputar Pasar Legi Kotagede.

"(jualan ubi) Sudah 30 tahun lebih. Awale ibu kulo sing dodolan, njuk kulo ngganteni (Awalnya ibu yang jualan, terus saya menggantikan ibu saya)," tutur Mbah Tumirah saat ditemui Tribun Jogja kemarin.

Ubi Jalar (telo) yang dijajakan Mbah Tumirah amat sederhana. Telo-telo itu dibiarkan bulat tanpa dipotong, hanya dibersihkan dan direbus.

"Satunya dua ribu rupiah," terangnya, saat ditanya harga satu butir telo rebus miliknya.

Baca: Manfaat Kulit Kentang bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui

Raut wajah Mbah Tumirah terlihat teduh. Kulitnya luruh dimakan usia, namun bibirnya selalu senyum sumringah.

Ketika tertawa, tampak semakin kentara guratan-guratan di sekitar kulit wajahnya.

Penampakan rambutnya sebagian telah memutih. Kondisi ini menegaskan, bahwa usianya sudah semakin senja.

Namun, semangatnya untuk bekerja, tak pernah padam. Justru kian membawa untuk anak dan keluarga.

Ia mengaku memiliki anak 3. Anak pertama dan kedua telah berkeluarga.

Sementara si bungsu hidup dan tinggal bersamanya.

"Anak saya satu ada yang hidup di Magelang. Dan ada juga yang sudah kerja di pabrik dan si bungsu masih SMP tinggal di rumah," jelasnya.

Setiap hari, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Mbah Tumirah harus bekerja dengan jualan telo (ubi).

Pendapatnya pun tak menentu.

"Kadang pulang bawa uang 30 ribu, kadang juga kalau lagi lumayan dapat 40 ribu. Paling banyak 50 ribu sehari," ungkapnya.

Pendapatan itu belum termasuk uang untuk belanja ubi lagi di pasar.

"Disyukuri, hasil berapa pun cukup untuk keluarga," ungkapnya, penuh kesahajaan. (tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved