Ujian Nasional 2018
Sekolah di Perbatasan Kabupaten Magelang Terpaksa Menumpang Ujian di Sekolah Lain
Sebanyak 23 siswa peserta UNBK dari MTs Ma'arif Bigaran pun terpaksa menumpang ujian di Madrasah Aliyah Ma'arif Borobudur.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Sekolah Madrasah di perbatasan di Kabupaten Magelang terpaksa menumpang Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di sekolah lain yang berjarak cukup jauh, akibat kurangnya sarana prasarana yang mereka miliki di sekolah.
Satu di antara sekolah yang mengalami hal tersebut adalah MTs Ma'arif Bigaran, di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Akibat kurangnya sarana komputer, sekolah tidak dapat menyelenggarakan UNBK secara mandiri.
Sebanyak 23 siswa peserta UNBK pun terpaksa menumpang ujian di Madrasah Aliyah Ma'arif Borobudur.
Panitia UNBK sekaligus guru MTs Ma'arif Bigaran, Nuryanto menuturkan, sudah dua tahun ini, sekolahnya terpaksa menumpang UNBK di sekolah lain.
Pihaknya tidak dapat menyelenggarakan UNBK secara mandiri, karena tidak adanya jaringan internet dan kurangnya perangkat komputer.
Jumlah komputer yang dimiliki oleh MTs Ma'arif Bigaran hanya dua unit.
Jumlah ini dinilai tidak seimbang dengan jumlah siswa di sekolah tersebut yang berjumlah 55 orang.
"Kami hanya memiliki dua unit komputer, itu saja milik operator. Sementara jumlah siswa kami ada 55 orang lebih. Tentunya ini sangat kurang. Kami mau mengadakan UNBK saja terpaksa menumpang," ujar Nuryanto, Senin (23/4/2018).
Dikatakannya, lokasi sekolah berada di perbatasan Magelang-Yogyakarta dan berjarak cukup jauh dari perkotaan.
Sekolah pun tak tersentuh jaringan internet. Para siswa peserta UNBK dari MTs Ma'arif Bigaran juga harus menyarter kendaraan untuk sampai di lokasi ujian di Madrasah Aliyah Ma'arif Borobudur.
"Komputer saja kami masih kekurangan, apalagi koneksi internet juga kami terhambat itu," ujarnya.
Kondisi yang serba kekurangan ini dikeluhkan oleh pihak sekolah.
Pasalnya, tidak ada bantuan dari pemerintah meski dari sekolah terus menerus mengusulkan bantuan untuk komputer ataupun internet.
Dia pun berharap pemerintah dapat menyadari kondisi ini, dan segera mengambil langkah.
"Ujiannya komputer dan online, tetapi kami tidak memilikinya. Kami sudah meminta bantuan, tetapi belum ada sampai saat ini. Kami harap pemerintah dapat membuka mata dengan kondisi sekolah kami yang masih kekurangan," katanya.
Sementara itu, Kepala Madrasah Aliyah Ma'arif Borobudur, Muhammad Ahsan menambahkan, ada dua Madrasah yang menumpang ujian di sekolahnya, yakni MTs Tempuran Abdusalam sebanyak 37 siswa, dan MTs Bigaran sebanyak 23 siswa.
"Dua sekolah itu terpaksa menumpang karena tidak dapat menyelenggarakan UNBK secara mandiri karena keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki sekolah," ujarnya.
Ahsan mengatakan, pihaknya pun menyiapkan satu ruangan dengan jumlah komputer yang cukup untuk siswa madrasah mengikuti ujian.
Jaringan internet dinaikkan, genset pun dipersiapkan untuk mengantisipasi listrik padam.
"Hari pertama diujikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, dengan tiga sesi. Pada hari pertama, tidak ada kendala yang berarti," ujarnya.(*)