Kulonprogo
Warga Penolak Bandara Sebut Kunjungan Bupati Tak Berefek Apapun
Pendirian warga tetap pada sikapnya selama ini untuk menolak proyek pembangunan tersebut tanpa syarat apapun.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
Hal ini menurut Sofyan menjadi bukti atas sikap penolakan tanpa syarat yang dipegang warga.
Baca: Warga Kulonprogo Temukan Burung Langka di Halaman Rumahnya
Disinggung terkait posisi Bupati sebagai pengayom masyarakat, Sofyan cenderung ragu untuk menjawabnya saat ini.
Menurutnya, selama ini sudah seringkali terjadi pemaksaan kehendak dari pihak terkait kepada warga penolak, baik dengan cara halus maupun dengan kekerasan.
"Kita lihat nanti. Setelah (bupati) tahu, mendengar langsung suara warga bahwa warga menolak tanpa syarat, apa mereka tetap akan memaksa, baik secara halus maupun dengan kekerasan. (Dari situ) baru bisa dinilai pengayom atau tidak," kata Sofyan.
Puluhan rumah milik anggota PWPP-KP hingga kini masih berdiri di Desa Palihan dan Glagah.
Kelompok warga itu bersikap tak acuh atas segala proses pengadaan lahan untuk pembangunan bandara tersebut.
Termasuk, proses konsinyasi dana ganti rugi pembebasan di mana bidang tanah dan rumah yang mereka tinggali juga tercakup di dalamnya.
Warga menilai tanah itu masih menjadi miliknya dan masih mengantongi sertifikat hak milik atas tanah tersebut.
Maka itu, warga menilai pihak terkait dalam pembangunan bandara cenderung memaksa warga untuk melepas tanahnya, baik dengan pendekatan halus maupun cara lainnya.
Baca: Sosialisasikan Pemilu 2019, KPU Kulonprogo Gelar Pertunjukan Wayang Kulit
Sementara itu, Hasto mengaku tak kapok dan berniat untuk mendatangi warga kembali di waktu selanjutnya yang belum ditentukan.
Ia menyatakan memang ingin bertemu dan berkomunikasi dengan warga sebelum terjadinya eksekusi pengosongan lahan.
Omongan itu dan kali ini dibuktikannya meski berakhir nihil dan warga tetap pada pendiriannya untuk menolak bandara.
Hasto menegaskan dirinya ingin tetap menemui satu per satu warga yang masih menolak pembangunan bandara dan bertahan tinggal di dalam area IPL.
Hal ini sebagai upaya pendekatan persuasif kepada warga. Dengan harapan, warga bisa memahami terkait pentingnya pembangunan bandara itu.
"Kalau sampai masa eksekusi dan saya belum ketemu mereka satu per satu, rasanya ada yang ngganjel (mengganjal)," kata Hasto.(TRIBUNJOGJA.COM)