Spionase Mossad Eli Cohen
Kisah Eli Cohen, Mata-mata Legendaris Israel di Suriah yang Berakhir di Tiang Gantungan #5
Sejak Kamil Amin Taabes ditangkap, ia melalui jam-jam yang sangat berat di lokasi penahanannya di sebuah instalasi militer di luar Damaskus
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Kardinal Alfredo Felcius dari Buenos Aires di ranjang kematiannya menulis surat ke Presiden Al Hafez agar hukuman dibatalkan. Dr Maurice Kuss, pakar kedokteran Prancis yang belum lama menyelamatkan nyawa Presiden Al Hafez saat operasi ginjal, juga mengirim permohonan.
Radio Israel mengumumkan daftar mata-mata Suriah yang mereka tawan, dan siap ditukar dengan Eli Cohen. Para pemimpin komunis juga mendesakkan perlakuan yang wajar dan masuk akal bagi Eli Cohen.
Tapi semuanya tidak ada yang didengar. Al Hafez menimbang masalah Eli Cohen demi keselamatan pribadi maupun Suriah secara keseluruhan. Eli Cohen telah menimbulkan kerugian tak terkira bagi negara itu.
Petaka bagi Suriah itu harus ditimpakan ke Eli Cohen. Seorang perwira Prancis, teman pribadi Presiden Al Hafez, yang ia juga menikahi perempuan Suriah, terbang ke Damaskus. Ia membawa cek bernilai besar dan siap membeli nyawa Eli Cohen.
Upaya terakhir yang digerakkan Mossad itu tak mempan. Pada 17 Mei 1965 pukul 10 malam, radio Suriah mengumumkan Eli Cohen akan segera dieksekusi di lapangan El Marga, lokasi tradisional pelaksanaan hukuman gantung.
Beberapa menit setelah pukul 02.00, 18 Mei 1965, pintu-pintu berat penjara El Maza berderak terbuka. Eli Cohen digiring masuk mobil kerangkeng yang akan membawanya ke dekat tiang gantungan.
Ribuan warga Suriah dari berbagai tempat dan strata sosial berduyun-duyun menyaksikan eksekusi terbuka ini. Kolonel Souwedani memimpin pengawalan eksekusi. Ribuan prajurit dikerahkan menjaga sekitar lokasi.
Setelah turun dari kereta kerangkeng, Eli Cohen dituntun ke panggung. Ia menolak dibantu saat naik tangga demi tangga ke tiang gantungan. Eli juga menggelengkan kepala saat algojo menyorongkan tudung wajah.
Tepat pukul 03.35, pintu jebak di bawah telapak kaki Eli Cohen terbuka. Nyawa mata-mata itu tanggal. Enam jam berikutnya, tubuh Eli Cohen tergantung di lokasi, jadi bahan tontonan banyak orang.
Sesudah waktunya habis, tubuh Eli Cohen diturunkan, jenazahnya dibawa ke pekuburan Yahudi di Damaskus untuk dimakamkan. Segelintir Yahudi Suriah dan seorang rabbi mengantarkan kepergian Eli Cohen ke liang kubur.
Di Tel Aviv, Nadia Cohen telah membaca surat terakhir suaminya. Ia melakukan semua pesan yang ditinggalkan Eli Cohen, kecuali satu, menikah lagi.
Nadia juga memuji pemerintahnya telah berbuat lebih dibanding pemerintahan manapun bagi para mata-mata yang tertangkap. Sebuah perkabungan di internal Mossad menunjukkan suasana sendu namun menyisakan kebanggaan pada Eli Cohen.
Meir Amit, Kepala Mossad yang menggantikan Isser Harrel, menyebut Eli Cohen melampaui siapapun. "Ia seorang paling hebat, paling baik di antara kita," kata Meir Amit.
Dua tahun sesudah kematian Eli Cohen, Israel menikmati kerja keras mata-matanya di Suriah itu. Pada Perang Enam Hari 1967, Israel merebut Dataran Tinggi Golan, merebut Yerusalem dari Yordania, dan mengalahkan Mesir di Gurun Sinai.(xna)