Labuhan Merapi
Juru Kunci Merapi Berharap Tradisi Labuhan Tetap Lestari
Mas Asih memimpin prosesi arak-arakan dan doa dari Petilasan Mbah Maridjan di Kinahrejo menuju gerbang Sri Manganti
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Juru Kunci Gunung Merapi, Kliwon Suraksohargo alias Mas Asih, berharap agar tradisi labuhan ini tidak lekang dimakan waktu.
"Saya ingin tradisi ini tetap lestari," ujar Mas Asih seusai prosesi Labuhan di Sri Manganti, Selasa (17/04/2018).
Mas Asih terutama sangat berharap pada anak muda untuk ikut melestarikan tradisi dari Keraton Yogyakarta ini. Sebab mereka menjadi generasi penerus dari para sesepuh.
"Ini juga sebagai edukasi terhadap anak muda tentang tradisi dan budaya Jawa," tambah Mas Asih lagi.
Mas Asih memimpin prosesi arak-arakan dan doa dari Petilasan Mbah Maridjan di Kinahrejo menuju gerbang Sri Manganti di lereng Merapi.
Arak-arakan ini diikuti oleh ratusan warga Cangkringan dan daerah lain. Tampak pula turis lokal dan asing yang tertarik dengan acara Labuhan Ageng ini.
Pengamanan dan pengarahan jalur dilakukan oleh relawan Basarnas DIY serta Taruna Siaga Bencana (Tagana). Mereka pun sudah melakukan penyisiran sejak subuh tadi.
"Para relawan sudah bersiaga di pos-pos yang menjadi jalur arak-arakan sejak pukul 4 subuh," ungkap seorang relawan Tagana.
Prosesi Labuhan Ageng sendiri telah usai sekitar pukul 11.00 WIB siang tadi. Rombongan pun kembali turun ke bawah menuju Petilasan.
Labuhan Ageng menjadi upacara peringatan Jumenengan atau dilantiknya Sultan Hamengku Buwono X. Labuhan kali ini pun terasa istimewa karena ini merupakan tahun Dal alias tahun ke-8.
"Perbedaannya terletak pada pelana kuda atau Kambil Wetengan yang menjadi salah satu seserahan pada Labuhan Ageng ini," jelas Mas Asih.(*)