Pendidikan
Eka Kurniawan: Karya Sastra Harus Mampu Melihat Sisi Lain
Eka menyarankan, saat menulis sebuah kisah jangan hanya selalu tokoh utama yang menjadi sentral.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
lihat foto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penulis Sastra, Eka Kurniawan, menyarankan agar jangan terjebak arus utama dalam menulis sebuah narasi atau cerita.
"Cerita harus mampu melihat dunia dari sisi yang berbeda," ujar Eka Kurniawan, Selasa (10/04/2018), di PKKH UGM.
Eka menyarankan, saat menulis sebuah kisah jangan hanya selalu tokoh utama yang menjadi sentral.
Menurutnya, tokoh-tokoh latar perlu dieksplorasi demi menguatkan alur cerita yang dibangun.
Ia pun mencontohkan cerita dan teknik pewayangan. Seperti pada kisah episode Mahabharata dan Ramayana.
"Kalau kita menonton wayang, kita hanya melihat bayangannya. Padahal wayang itu juga kaya warna. Warna-warna itulah yang perlu dimunculkan dalam narasi," jelas Eka Kurniawan.
Eka juga sempat menyebutkan Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Ia menyebut bahwa keempat buku tersebut adalah karya sastra yang detail dalam menggambarkan situasi masa kolonial Belanda.
Meskipun demikian, Eka menyatakan bahwa tetralogi tersebut bukanlah karya sastra favoritnya.
"Karya Pramoedya yang saya suka justru Gadis Pantai dan Pasar Malam, sebab keduanya menceritakan masyarakat terpinggirkan," ungkap Eka Kurniawan.
Eka Kurniawan hadir hari ini sebagai pembicara dalam Forum Umar Kayam #2 di PKKH UGM. Para hadirin pun tampak antusias dengan kehadiran Eka Kurniawan.
Selain Eka, hadir pula Penulis Mahfud Ikhwan yang bertindak sebagai moderator.
Usai diskusi, Eka membagikan tanda tangan kepada para penggemarnya. Mereka tampak membawa buku-buku hasil karya Eka Kurniawan.(*)
