Mengharukan, Bocah 12 Tahun Terima Bantuan Kaki Palsu dari Panglima TNI Masekal Hadi Tjahjanto
Umur Fajar baru 12 tahun, tapi dia harus rela kehilangan satu kakinya akibat kecelakaan yang dialaminya pada 18 November 2017.
Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Siti Umaiyah
TRIBUNJOGJA.COM - “Sudah pernah naik pesawat belum, pengen naik tidak?” tanya Panglima TNI Masekal Hadi Tjahjanto saat mendatangi Muhammad Fajar Saputra kecil, yang dengan sabar menanti di ruang tunggu pembagian kaki palsu bersama bapaknya, Arifin.
Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi Fajar.
Pasalnya, dari kegiatan bakti Sosial di RSPAU dr S Hardjolukito, Senin (19/3/2018), dia akan mendapatkan kaki palsu.
Umur Fajar baru 12 tahun, tapi dia harus rela kehilangan satu kakinya akibat kecelakaan yang dialaminya pada 18 November 2017.
Tidak terlihat kesedihan dari raut Fajar, dia malah sangat gembira karena nantinya bisa kembali bermain dengan teman-temannya seperti empat bulan lalu.
Setelah antrian sampai pada nomor yang dibawanya, Arifin langsung menuju ruang pembagian.
Kaki palsu pun dia dapatkan.
Namun saat dicoba, ternyata terlalu panjang 10 cm buat Fajar.
Lantas Arifin bergegas pergi ke ruang perbaikan.
Fajar pun menunggu sendiri tanpa mengeluh.
Beberapa menit kemudian, Arifin pun kembali.
“Uwes pak?” teriak Fajar Saputra saat Arifin terlihat menghampirinya dari kejauhan.
Dengan wajah sumringah, Fajar kecil terlihat antusias memandangi, dan berusaha mencoba kaki palsu yang dipegang Arifin.
Dia sangat penasaran bagaimana caranya menendang bola menggunakan kaki barunya.
“Nanti aku nendangnya gimana pak?” tanya Fajar.
Tidak terlihat raut sedih dari Fajar.
Setelah dicoba, Fajar pun bertanya kepada Arifin apakah dia langsung bisa ke sekolah.
“Habis ini aku berangkat ke sekolah ya pak?” tanya Fajar kepada Arifin.
Arifin pun memberikan penjelasan kepada anaknya bahwa dia harus libur dulu untuk hari ini.
Baru satu bulan belakangan Fajar pulih sehabis amputasi dan bisa bersekolah lagi bersama teman-temannya.
Meskipun harus diantar jemput.
Saat itu, Fajar yang baru kelas 4 SD sedang asyik bermain sepeda dengan kedua temannya di jalanan yang biasa dilalui truk pembawa pasir dari arah Gunung Merapi.
Tidak biasanya dia bermain di jalan raya.
Namun nahas, pada hari itu.
Fajar yang dikenal sebagai anak yang sangat ceria tidak sengaja tertabrak truk yang sedang mengangkut pasir.
“Bruuuk”, Fajar ambruk bersama dengan sepeda kecilnya.
Roda-roda besar bagian belakang truk, mengilas kaki mungil Fajar.
Tidak ada tangisan dari Fajar, yang dia pikirkan hanya bagaimana caranya menolong dirinya sendiri.
Saat itu, Arifin langsung datang ke lokasi kejadian saat tetangganya mengabarkan bahwa anak pertamanya mengalami kecelakaan.
Arifin berpikir kecelakaan yang dialami Fajar mungkin ringan.
Dia berlari mendatangi lokasi kejadian.
Baru saat sampai, dia mengetahui kondisi anaknya sangat parah.
Lantas dia langsung melarikan Fajar ke rumah sakit Tegalyoso, Klaten.
Disana pula Fajar harus diamputasi.
“Saya sangat panik. Akan tetapi, sampai dibawa ke rumah sakit, tidak terdengar suara tangisan dari Fajar. Baru ketika mengetahui dia harus kehilangan satu kakinya, dia menangis,” ungkap Arifin.
Tidak ada raut sedih, tidak ada tangisan dari Fajar.
Begitulah kata Arifin,
“Anak saya kuat, dia tidak pingsan maupun menangis. Untung semuanya tidak ada yang kena, hanya kakinya saja, ini sebuah keajaiban,” ungkap Arifin penuh rasa syukur.
Arifin menjelaskan bahwa tidak biasanya Fajar bermain di jalan raya.
“Hari itu pas anak saya tidak sengaja bermain di jalan, terjatuh kebetulan ada truk lewat,” terangnya.
Sampai saat ini, Arifin mengatakan jika Fajar tidak pernah minder dengan kondisinya.
Dia tetap bergaul dengan teman-temannya seperti sebelum dia mengalami kecelakaan.
“Malah kalau dia tidak sekolah pengennya pergi ke sekolah”, terangnya.
Setelah mendapatkan kaki palsu, Arifin bersyukur.
Dia berharap Fajar bisa bermain lagi bersama teman-temannya seperti dulu. (*)