Inilah Pria yang Mendapat Kaki Palsu dan Dipasang Langsung oleh Panglima TNI
Ia pun meluapkan rasa gembiranya karena bisa mendapatkan bantuan tersebut.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM - Pada acara Bakti Sosial Kesehatan yang diadakan oleh TNI (19/03/2018), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan pemasangan kaki palsu ke beberapa peserta.
Salah satu peserta yang beruntung mendapatkan bantuan kaki palsu adalah Sugeng Santoso (38). Kaki palsu tersebut juga dipasang langsung oleh Panglima TNI.
Ia pun meluapkan rasa gembiranya karena bisa mendapatkan bantuan tersebut.
"Sekarang saya pede kalau mau ke mana-mana," ungkap Sugeng saat ditemui di RSPAU Hardjolukito usai acara Baksos.
Kepada Tribunjogja.com, Sugeng pun menceritakan awal mula ia kehilangan kaki kirinya.
"Saya mengalami kecelakaan pada usia 6 tahun," ujar Sugeng.
Baca: Mengharukan, Bocah 12 Tahun Terima Bantuan Kaki Palsu dari Panglima TNI Masekal Hadi Tjahjanto
Saat itu, kisah Sugeng, ia menemani ibunya pergi untuk memijat adiknya.
Mereka pergi menggunakan mobil.
Saat turun dan akan menyeberang jalan, musibah menghampirinya.
"Saya ditabrak dan terlindas oleh truk," kata pria yang berprofesi sebagai tukang pijat keliling ini.
Selama dua bulan, ia menjalani perawatan di rumah sakit.
Hingga dipulangkan ke rumah pun, Sugeng mengaku saat itu belum menyadari sama sekali tentang kondisinya.
"Kepala saya juga kena benturan. Bisa jadi ada saraf yang putus sehingga saya belum memahami kondisi saya saat itu," jelas Sugeng.
Sejak itu, ia pun harus menyesuaikan diri dalam menjalani aktivitasnya.
Sebelum mendapatkan kaki palsu pertamanya saat SMA, ia harus bergerak dengan menyeret tubuhnya.
Baca: Ada 45 Kaki Palsu Diberikan dalam Bakti Sosial di RSPAU Hardjolukito
"Saya jalannya mesti ngesot. Kalau nggak ya digendong," tambah pria tamatan SMA ini.
Tak urung, ia pun harus menerima pil pahit berupa omongan orang-orang sekitarnya.
Sugeng menyebut bahwa ia selalu diejek sebagai orang cacat.
Ucapan ini bahkan datang dari tetangganya sendiri.
"Tetangga juga ngajarin anaknya supaya ngomong 'tung... buntung' ke saya," kata Sugeng.
Ia mengaku sempat dongkol dengan perlakuan yang didapat.
Namun pada akhirnya ia belajar untuk menerima keadaan dirinya.
Sugeng menganggap semua itu sebagai angin lalu.
Untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari, Sugeng tidak hanya menjadi tukang pijat, namun juga bertani.
Ia pun beternak ayam kampung dan memiliki beberapa ekor kambing sebagai modal hidupnya ke depan.
Terkait bantuan kaki palsu ini, Sugeng mengatakan bahwa ia mengetahuinya dari seorang teman.
Temannya itu juga memberi tahu Sugeng tentang segala persyaratan yang harus dipenuhi.
Baca: Mengharukan, Bocah 12 Tahun Terima Bantuan Kaki Palsu dari Panglima TNI Masekal Hadi Tjahjanto
"Jadi dia menawarkan kaki palsu baru ke saya. Syaratnya adalah foto diri dan fotokopi KTP," jelas Sugeng.
Setelah persyaratan tersebut dipenuhi, ia pun dipanggil untuk mendapatkan kaki palsu tersebut.
Sugeng pun langsung datang ke RSPAU Hardjolukito dari rumahnya di Gunungkidul bersama istrinya.
"Saya berangkat jam 6 pagi dari rumah," tambah Sugeng.
Sugeng ternyata juga aktif dalam Gerakan Sosial Forum Komunikasi Disabilitas.
Ia pun menjadi koordinator untuk wilayah Gunungkidul.
Hal yang sama juga dilakoni istrinya bernama Yanti, yang bergabung dalam organisasi untuk kaum difabel bernama Solider.
Mengenai keterlibatannya dalam forum tersebut, Sugeng menginginkan agar pemerintah lebih menunjukkan kepeduliannya terhadap kaum disabilitas seperti dirinya.
Salah satu yang terpenting adalah menciptakan ruang publik yang ramah bagi semua kaum disabilitas.
Baca: Komite Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Disabilitas DIY Sosialisasikan Simbol Kendaraan Difabel
"Kami ini juga membutuhkan bantuan masyarakat, baik materi atau pun tenaga. Agar kami bisa jadi mandiri dan beraktivitas layaknya orang-orang biasa," papar Sugeng.
Yanti, yang sudah menjadi istri Sugeng selama 2 tahun ini, menceritakan pertemuannya dengan Sugeng.
Keduanya bertemu saat bersama-sama jadi relawan. Yanti pun memiliki kesan sendiri terhadap suaminya.
"Dia ini punya daya juang yang tinggi. Orangnya juga sangat baik," tutur perempuan berkacamata ini.
Kepada teman-teman sesama disabilitas, Sugeng pun mendorong mereka agar jangan pernah malu dengan kondisi fisik yang dimiliki.
"Secara fisik kita beda, tapi hati nurani kita sama dengan orang-orang biasa. Tuhan itu menciptakan kekurangan, tetapi di balik itu pasti diberikan kelebihan," pesan Sugeng.(TRIBUNJOGJA.COM)