Kisah Cinta Bung Karno dan Inggit Ganarsih 'Perjuangan Mulai Soekarno Ditangkap di Yogyakarta'

Semua para istri dari Bung Karno tentu sudah berkorban banyak untuk si Bung Besar. Namun, tidak ada yang sebesar pengorbanan Inggit

Editor: Iwan Al Khasni
Via Intisari.grid.id
Inggit Garnasih, perempuan hebat yang membentuk karakter Sukarno muda. 

Soekarno minta izin untuk menikahi Fatimah dengan alasan Inggit tak bisa memberikan keturunan.

"Aku tidak bermaksud menyingkirkanmu. Merupakan keinginanku untuk menetapkanmu dalam kedudukan paling atas dan engkau tetap sebagai istri yang pertama, jadi memegang segala kehormatan yang bersangkutan dengan hal ini, sementara aku dengan mematuhi hukum agama dan dan hukum sipil, mengambil istri kedua agar mendapatkan keturunan," ujar Soekarno ke Inggit seperti dikutip dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" karya Cindy Adams.

Inggit menolak dengan tegas. Dia tidak mau dimadu. Akhirnya Soekarno mengembalikan Inggit ke orangtuanya di Bandung. Soekarno pun membuat surat perjanjian yang ditandatangani juga oleh Inggit. Dalam surat itu Soekarno menjatuhkan talak kedua, dan berjanji memberikan sebuah rumah, tunjangan hidup dan membayar utang, tapi tak semua dipenuhi. Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantoro, dan Hadji Mas Mansoer menjadi saksi perjanjian itu.

Pada 1 Juni 1943, Soekarno menikahi Fatimah yang belakangan namanya diubah menjadi Fatmawati. Kepergian Soekarno dilepas oleh Inggit dengan doa dan harapan ketika proses perceraian itu usai. “Selamat jalan dan semoga selamat dalam perjalanan”.

Inggit tidak mengeluh dan tidak menangis. Demikianlah cinta Inggit kepada Soekarno. Seperti ombak yang mencintai pantai. Tidak luka ketika dilukai dan tidak sakit ketika disakiti.

Bung Karno
Bung Karno (InfoBiografi.Com)

CINTA YANG TAK PERNAH PUDAR

Pada 1960, Soekarno berada di puncak kekuasaannya. Dia mengunjungi Inggit yang saat itu telah berusia 72 tahun. Dalam pertemuannya, Soekarno meminta maaf karena telah menyakiti hati Inggit. Namun dengan besar hati Inggit menjawab, “Tidak usah meminta maaf Kus. Pimpinlah negara dengan baik, seperti cita-cita kita dahulu di rumah ini.”

Istri-istri Soekarno mencicipi manisnya kehidupan di istana. Mereka diberi rumah di Kebayoran, Slipi, Gatot Subroto. Sementara Inggit hanya mampu menatap puing-puing rumah panggung di Jalan Ciateul yang penuh memori kebahagiaan, kesengsaraan, dan perjuangan bersama Kusno kesayangannya.

Kamar dan rumahnya begitu sederhana. Harta miliknya hanyalah radio Philips buatan tahun 1949, sebuah foto Bung Karno tersenyum manis, sebuah teropong dan perangkat makan sirih serta sebuah pispot. Ditambah dua buah balai-balai dan sebuah lemari kayu murahan.

Namun Inggit tak pernah menyesal. “Yang lalu sudahlah berlalu, aku telah mengantarkan Kusnoku, Kasepku, Kesayanganku, Fajarku ke gerbang kebahagiaan, gerbang cahaya yang dari dulu diimpikannya.” Inggit meninggal pada 13 April 1984 di usia 96 tahun.

Dia dimakamkan di pemakaman umum Kopo tanpa upacara layaknya melepas seorang pahlawan yang berjasa membentuk pribadi tangguh founding father bangsa. Meski begitu, sejarah tidak akan melupakannya.

Behind every great man there is a strong and a greater woman. Inggit adalah sosok wanita hebat sesungguhnya di belakang pria hebat Soekarno. (Dari Berbagai Sumber)

Artikel ini sudah tayang di Inisari online dengan judul Seperti Ombak Mencintai Pantai, Begitulah Kasih Inggit Garnasih ke Bung Karno yang Berakhir Pilu.

Sumber: Grid.ID
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved