Nyepi 2018, Harmoni yang Nyaris Tanpa Suara dan Gerak

Pada Hari Raya Nyepi Sabtu, 17 Maret, selama 24 jam penuh, umat Hindu hidup dalam diam, hening, dan gelap. Ada kegaitan apa di balik itu?

Editor: iwanoganapriansyah
Kompas.com
Suasana Hari Raya Nyepi di Bali, tampak hanya pecalang yang bertugas. 

Tempat-tempat itu dipercaya sebagai tempat ditemukan amerta (anugerah kehidupan). Umat berbondong-bondong membawa arca dewa-dewi, serta pratima dan pralingga, perkakas pura berupa tombak, permata, kepingan emas, dll.

Setelah diupacarai secara khusus, benda-benda itu dianggap sebagai media untuk lebih memantapkan pemusatan pikiran kepada Tuhan serta roh-roh leluhur yang berjasa bagi generasi sekarang.

Di tengah laut atau mata air, umat menyucikan diri dan media atau simbol yang dibawa, serta memantapkan diri untuk menyambut hari raya Nyepi.

Setelah upacara itu, seluruh media atau simbol yang telah disucikan disemayamkan di pura atau bale agung, sebagai simbol permohonan agar Tuhan, dewa-dewi, roh leluhur hadir di sana. Upacaranya disebut nyejer dan berlangsung hingga sehari menjelang Nyepi.

Selama upacara, dipersembahkan puja bhakti dan sesajen yang berupa canang wangi-wangian, nasi dan lauk pauk, jajanan, buah-buahan, dsb.

Lalu, umat memohon air suci untuk kesejahteraan dan penyucian diri, semua makhluk hidup, dan alam semesta. (I Gede Agung Yudana)

Sumber: Grid.ID
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved