Mahasiswa STMIK AKAKOM Kembangkan Aplikasi Pencari Tukang Bangunan
Mahasiswa STMIK AKAKOM kembangkan aplikasi untuk mempertemukan tukang bangunan dan pemborong bernama Mastupang (Mobile Apps Tukang Panggilan)
Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mahasiswa STMIK AKAKOM kembangkan aplikasi untuk mempertemukan tukang bangunan dan pemborong bernama Mastupang (Mobile Apps Tukang Panggilan).
Aplikasi ini akan menjawab permasalahan susahnya mencari pekerja bangunan profesional saat ini.
Ide ini tercetus dari Sri Redjeki, dosen sekaligus pembimbing tiga orang mahasiswa yang mengembangkan platform ini yakni Yudistiro Septian (TI/2015), Yudha Pratama (TI/2015), dan Tri Witanto (TI/2017).
Dosen yang akrab di sapa Kiki ini menceritakan dirinya sering banyak keluhan dari teman-temannya di bidang sipil bahwa saat ini susah mencari tukang.
"Dari sana, saya lemparkan ke teman-teman mahasiswa. Saya melihat bahwa aplikasi semacam ini juga belum ada di playstore," terangnya, Rabu (7/3/2018).
Baca: Dishub DIY Wacanakan Becak Berbasis Aplikasi Online
Yudis, menjawab tantangan itu dan mengajak dua orang temannya untuk mengerjakan suatu aplikasi yang menghubungkan tukang dan dengan kontraktor atau pemborong.
Aplikasi bernama Mastupang ini disebut sebagai market place, dan di sana bisa ditemukan banyak pekerja bangunan baik rumah, kantor, dan interior yang bersertifikasi.
Aplikasi ini lantas dilemparkan dalam kompetisi Dinacom (Dinus Application Competition) yang merupakan salah satu kompetisi IT terbesar di Indonesia untuk kalangan mahasiswa, ataupun pelajar.
Kompetisi ini diikuti setidaknya oleh 200 orang peserta dan masing-masing kategori di ambil 10 besar, baik mahasiswa dan pelajar.
"Setelah diberi ide, kami berembug untuk membagi tugas. Ada yang layouting, menyusun proposal untuk kompetisi, video penggunangan, tes fungsi fitur. Kami juga mengundang kontraktor untuk memberikan masukan yang sesuai dengan yang dibutuhkan," tambahnya.
Baca: Tukang Tambal Ban Itu Kini Sukses Jadi Peternak Sapi Langganan Presiden
Yudha Pratama Putra, programer di aplikasi ini mengatakan, ia sempat mengalami kesulitas saat mengembangkan fitur chatting.
Namun hal itu dapat teratasi dan dalam aplikasi ini pemberi kerja dan pencari kerja dapat berhubungan langsung tanpa keluar dari aplikasi ini.
Sedangkan Tri Witanto, didapuk untuk mendesain tampilan agar user friendly.
Salah satu fiturnya adalah, para pencari tukang dapat memilih spesifikasi, mulai dari yang berada di sekitar mereka, atau berdasarkan kategori tukang seperti pekerja bangunan, interior, dan cleaning servis.
Mereka juga menyediakan sistem pembayaran dengan rekening bersama agar aman.
Dengan hasil kerja keras mereka, ketiga mahasiswa Akakom tersebut mampu menyabet juara 1 mengalahkan kompetitor-kompetitor lainya yang berasal dari seluruh Indonesia dalam Dinacom yang diselenggarakan akhir Februari lalu.
Baca: Begini Penjelasan Kemenkominfo Terkait Pemblokiran Tumblr
Kiki menuturkan, bahwa sejak awal dirinya yakin bahwa mahasiswanya akan memenangkan kompetisi ini.
"Mereka menang karena keunikan apliasi ini. Saya yakin menang, akhinya menang benaran. Ke depan aplikasi ini akan terus dikembangkan dan akan dipakai oleh pihak kontraktor yang sudah melihat aplikasi ini dan tertarik," ucapnya.
Sebelumnya, Yudis dan timnya juga menjuarai kompetisi Elinfo yang diselenggarakan UNY, Desember tahun lalu.
Dalam kompetisi IT tersebut ia mengembangkan aplikasi dengan sistem personal akunting di mana bisa mengendalikan pengeluaran keuangan, pencatatan hutang, hingga membuat laporan sederhana selama sebulan.
Lebih jauh, sebagai pendamping Kiki mengatakan bahwa yang dibutuhkan mahasiswa saat ini adalah ide.
Ia mengatakan bahwa mahasiswa saat ini sudah canggih, namun mereka belum bisa mengemas sebuah produk semenarik mungkin, padahal itu adalah hal yang penting.
"Tugas pembimbing adalah membuat mereka berani tampil. Karena karakter mahasiswa IT itu cenderung nggak pede. Jadi, kami beri motivasi agar mereka tidak hanya pintar coding di depan komputer saja, tapi juga berani menjual ide dan gagasan mereka di depan publik," terangnya.
Baca: Anti Kecantikan Buatan, Kampus Ini Tolak Calon Mahasiswa yang Pernah Dioplas
Kiki juga mengatakan, agar kerja sama dapat terjalin dengan baik antar mahasiswa dan dosen pembimbing, maka selain pertemuan tatap mata, ia juga membentuk grup diskusi, melalui whatsapp misalnya.
Menurutnya hal itu lebih efektif, dan akhirnya muncul ide-ide segar dari para mahasiswa.
"Saya tidak mau mendikte, tapi saya beri tantangan, dan itu yang melatih mereka berani menyampaikan ide," tukasnya.
Beruntung, di kemahasiswaan ada anggaran khusus untuk modal para mahasiswa untuk berlaga dalam banyak kompetisi.
Yayasan pun meluncurkan bentuk penghargaan berupa beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi.
"Ke depan kami ingin mencari kompetisi internasional. Dengan banyak mengikuti kompetisi dan menang, ini juga dapat menambah portofolio mereka. Jadi mereka tidak hanya berkembang di sisi akademis saja, mereka harus bisa memanfaatkan status kemahasiswaannya dengan mengikuti banyak kompetisi," tandasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)