Tatapan Terakhir Omayra, Kisah Tiga Hari yang Amat Menyakitkan Pascaerupsi Dahsyat Gunung Berapi
Tiga hari, Omayra Shancez berada dalam kondisi yang amat menyakitkan. Ia terjepit reruntuhan bangunan, dengan air setinggi dada.
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Setelah terperangkap selama hampir tiga malam, Omayra menghembuskan nafas terakhir pada pukul 10.05 tanggal 16 November 1985. Ia meninggal akibat mengalami hipotermia.
Frank Fournier, seorang wartawan asal Perancis yang memotret saat-saat terakhir Omayra, mengisahkan :
'Saya tiba di Armero pada sore hari, tiga hari setelah erupsi. Saya bertemu dengan seorang petani yang memberitahu bahwa ada seorang gadis kecil yang membutuhkan pertolongan.
Dia membawaku ke sana. Dia nyaris sendirian.
Hanya ada beberapa orang di sana yang tengah menolong korban lainnya.
Saya bisa mendengar teriakan minta tolong, kemudian senyap, sunyi yang menakutkan.
Suasana itu sangat menakutkan.
Di sana ada beberapa helikopter, sebagian diantaranya sudah disewa oleh perusahaan minyak, kemudian digunakan untuk menyelamatkan para korban.
Dan disana ada gadis kecil, sementara orang-orang tampak putus asa untuk menyelamatkannya.
Para penyelamat terus-menerus menghampiri dia, beberapa orang juga datang sambil membawa bantuan obat-obatan. Mereka terus mencoba membuat gadis kecil itu nyaman.
Saya merasa sangat tak berdaya ketika memotretnya dan berada di hadapannya. Di hadapan seorang gadis kecil yang tengah menghadapi kematian dengan berani. Ia sepertinya sudah bisa merasakan bahwa hidupnya tak akan lama lagi.
Pada saat itu, Omayra sudah berada dalam keadaan antara sadar dan tidak. Dia sempat meminta bisakah saya mengantarkannya ke sekolah, sehingga dia tidak terlambat.
Saya memberikan film kamera kepada beberapa fotografer yang hendak meninggalkan lokasi bencana. Saya menitipkan film itu untuk diberikan kepada agen saya di Paris.
Omayra meninggal tiga jam kemudian setelah saya memotretnya.
Foto itu, dipublikasikan enam bulan setelah kematian Omayra. Kemudian foto itu memenangkan penghargaan World Press Photo of the Year tahun 1985.
Wajah Omayra pun kemudian menjadi sangat terkenal di berbagai negara.
Kini, dia menjadi simbol dari Tragedi Armero. Kuburannya dikunjungi oleh warga setempat dan juga para turis yang tak henti mendoakannya dan berharap supaya tragedi itu jangan sampai terulang'. (*/berbagai sumber)