Tuntunan Lengkap Salat Gerhana Bulan: Hukum, Waktu Pelaksanaan dan Tata Cara Melaksanakannya
Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat gerhana. Berikut tata cara melakukannya
TRIBUNJOGJA.COM - Pada Rabu (31/1/2018) nanti, masyarakat Indonesia dapat menikmati peristiwa astronomi gerhana bulan total, yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Gerhana bulan total tersebut dapat dinikmati di seluruh wilayah Indonesia.
Seperti TribunJogja.com kutip dari blog milik Thomas Djamaluddin, yang merupakan Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN, proses gerhana dimulai pada pukul 18:48 WIB.
Gerhana bulan total akan berlangsung pada pukul 19.52 hingga 21:08 WIB dan proses gerhana berakhir pukul 22:11 WIB.
Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat gerhana .
Lalu apa hukum shalat gerhana? Pendapat yang terkuat, bagi siapa saja yang melihat gerhana dengan mata telanjang, maka ia wajib melaksanakan shalat gerhana.
Baca: Live Streaming Gerhana Bulan - Link Nonton Gerhana Bulan Bareng NASA
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.”
Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Padahal menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shidiq Hasan Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah.
Catatan: Jika di suatu daerah tidak nampak gerhana, maka tidak ada keharusan melaksanakan shalat gerhana. Karena shalat gerhana ini diharuskan bagi siapa saja yang melihatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana
Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).”
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat.
Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya adalah:
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.”
