Stunting Masih Menjadi Masalah Gizi di Indonesia
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan energi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Noristera Pawestri
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Memperingati Hari Gizi Nasional ke-58, Rumah Sakit Panti Rapih gelar Healing Garden bertajuk "Membangun Gizi menuju Bangsa Sehat dan Berprestasi", Sabtu (27/1/2018).
Pada kegiatan ini, diisi materi mengenai mewujudkan kemandirian keluarga dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk pencegahan stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan energi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Stunting pada anak balita diukur dengan standar tinggi badan menurut usianya yaitu menunjukkan nilai Z-Score kurang dari –2 Standar Deviasi (stunted) dan kurang dari –3 SD severely stunted).
Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Panti Rapih, Bernadeth Dwi Wahyunani menuturkan, stunting sekarang ini menjadi masalah gizi di Indonesia.
"Karena dari Data Riskesdas 2013, diseluruh dunia, Indonesia adalah negara yang prevalensi stuntingnya berada di peringkat ke lima terbesar," paparnya kepada Tribunjogja.com
Data Riskesdas 2013, menyebutkan bahwa di Indonesia (hampir 9 juta) anak balita mengalami stunting.
"Kekurangan gizi kronis ini diperhatiakan tidak hanya diperhatikan pada saat bayi lahir tapi dimulai dari 1000 hari mulai awal kehamilan sampai bayi berusia 2 tahun," lanjutnya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir.
Namun kondisi stunting baru tampak setelah bayi berusia 2 tahun.
"Biasanya stunting baru kelihatan setelah bayi usia 2.5 tahun ke atas, karena usia sebelumnya masih masa pertumbuhan. Pada usia itu baru keliatan bahwa ternyata tinggi badan menurut usianya tidak sesuai," ujarnya.
Balita atau baduta (bayi bawah dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal.
Sehingga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktifitas.
Untuk itu, tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan edukasi kepada pasien, keluarga bahwa pentingnya menjaga 1000 HPK dimulai dari ibu hamil sampai balita usia 2 tahun.
"Pencegahan dimulai secara khusus sejak 1000 HPK sejak kehamilan. Dan mengatur pola makan gizi seimbang harapannya masalah gizi termasuk stunting bisa berkurang," imbuhnya. (*)
