Masyarakat Keluhkan Rusaknya Jalan Yogyakarta-Wonosari
Banyaknya lubang serta permukaan jalan yang tidak rata, dinilai dapat menggangu kenyamanan dan keselamatan berkendara.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Para pengguna jalan mengeluhkan kondisi jalan yang rusak di sepanjang Jalan Yogyakarta-Wonosari.
Banyaknya lubang serta permukaan jalan yang tidak rata, dinilai dapat menggangu kenyamanan dan keselamatan berkendara.
Kerusakan jalan terpantau di sejumlah titik jalan mulai dari perbatasan Bantul-Gunungkidul, tikungan slumprit, terus melalui jembatan Putat, hingga jalan menuju Hutan Bunder sampai Kecamatan Wonosari.
Puluhan lubang berukuran besar dan cukup dalam bernaung di badan jalan.
Sebagian jalan juga mengalami kerusakan cukup parah.
Seperti di jalan pada simpang tiga Pedotan Wetan Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul yang ambles dan retak-retak pada Senin (22/1/2018) lalu.
Tak ayal, banyak pengguna jalan yang melalui Jalan Yogyakarta-Wonosari pun merasa terganggu perjalannnya akibat rusaknya jalan tersebut.
Baca: Hujan Deras, Sebagian Jalan Pleret-Wonosari Ambles
"Saya kuliah di Yogyakarta, jadi otomatis setiap hari melewati jalan Yogyakarta Wonosari ini. Kondisinya memang mengkhawatirkan, karena banyak lubang yang cukup dalam dan lebar," ujar Wibawa, salah seorang warga Wareng, Wonosari, Gunungkidul, Selasa (23/1/2018).
Salah seorang warga lainnya, Gunawan, warga Desa Putat, Kecamatan Patuk, bahkan menuturkan seringkali terjadi kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak tersebut.
Pengguna jalan berusaha menghindari lubang jalan, sehingga terlibat kecelakaan.
"Jalannya gronjal-gronjal tidak rata, seperti di Jembatan Putat di Kecamatan Patuk, itu jalannya benar-benar tidak rata dan banyak lubangnya. Kerap terjadi kecelakaan di sana, karena pengguna jalan yang menghindari lubang justru malah celaka," tutur, Minggu (21/1/2018).
Dikatakannya, jalan rusak ini sudah seringkali dilakukan perbaikan, tetapi kerusakan masih terus terjadi.
Hal ini karena hujan yang terus menerus turun dan menggerus lapisan aspal tambalan jalan.
Material yang digunakan pun belum tentu baik.
"Seharusnya diganti sekalian saja, percuma tambah menambal jalan kalau nanti balik lagi rusak," tuturnya.(TRIBUNJOGJA.COM)