Warga Bantul Ini Gunakan Daun Kelor Jadi Bahan Dasar Mie

Kandungan daun kelor bahkan diklaim setara 3 kali potasium pisang, 4 kali vitamin A wortel, 25 kali zat besi bayam hingga 7 kali vitamin C jeruk.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Susilo Wahid
Siti Haidah mengolah daun kelor menjadi aneka olahan layak konsumsi di bawah naungan KWT Ngudi Rejeki. 

TRIBUNJOGJA.COM - Daun kelor sering diucap dalam pepatah dunia tak selebar daun kelor.

Memang daun ini ukurannya kecil tak sampai 2 sentimeter.

Sementara dunia itu sangat luas.

Tapi meski ukuran daun kelor kecil namun jenis daun ini ternyata mengandung manfaat yang luar biasa banyaknya.

National Institute of Health (NIH) menyebut ada 300 penyakit yang bisa diobati dengan daun bernama latin Moringa oleifera ini.

Tak heran jika organisasi kesehatan dunia atau WHO menyebut daun kelor sebagai tanaman berkhasiat dan berguna untuk kesehatan dunia.

Kandungan daun kelor bahkan diklaim setara 3 kali potasium pisang, 4 kali vitamin A wortel, 25 kali zat besi bayam, 7 kali vitamin C jeruk, 4 kali kalsium susu, dan 3 kali protein yoghurt.

Oleh karenanya, daun ini bisa menyehatkan kulit dan mata, mancegah kanker dan mengobati reumatik.

Sayangnya selama beberapa dekade, daun kelor justru identik dengan dunia mistis.

Ya, sebagian masyarakat masih mempercayai khasiat daun ini untuk menghilangkan ilmu hitam.

Bahkan beberapa orang masih memakainya sebagai campuran untuk memandikan mayat.

Lalu, bagaimana jika daun yang identik dengan dunia mistis ini dijadikan makanan.

Beberapa orang mungkin sudah mendengarnya.

Beberapa mungkin merasa aneh.

Dan di Trirenggo, Bantul, daun kelor ini bisa dikonsumsi sebagai olahan makanan dan minuman.

Adalah Siti Haidah, yang sudah lebih dari dua tahun belakangan ini mengolah daun kelor menjadi aneka olahan layak konsumsi di bawaj naungan KWT Ngudi Rejeki.

Jenis makanan dari daun kelor olahan Haidah adalah soto, lodeh, mie instan, teh dan kopi.

Semua memakai daun kelor sebagai bahan baku.

Ada rasa khas dari olahan makanan dan minuman dari daun kelor ini.

Teh misalnya, ada aroma khas daun kelor ketika kita menyeruput dalam kondisi hangat.

Atau olahan lodeh, yang juga menimbulkan cita rasa khas.

Tapi Haidah secara jujur mengatakan mie dari daun kelor kurang enak.

"Tidak seenak mie instan kemasan karena kami pakai pahan organik dan tidak ada campuran kimia atau penyedap rasa, kalau diolah biasa ya rasanya kurang enak. Tapi kalau dibumbu seperti layaknya mie jawa itu rasanya sama nikmatnya dengan mie jawa," kata Haidah.

Untuk harga cukup terjangkau.

Kemasan mie daun kelor 90 gram untuk satu sampai dua porsi dijual dengan harga Rp 5 ribu.

Sementara kemasan Rp 380 gram untuk empat porsi dijual seharga Rp 15 ribu.

Lalu teh celup daun kelor isi 10 dijual Rp 15 ribu sedangkan yang isi 20 dijual Rp 25 ribu. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved