Elang Bido, sang Pemangsa yang Berisik

Elang ini berwarna hitam dengan garis putih di ujung belakang sayap, terlihat di saat terbang seperti garis yang tebal.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
ELANG Ular Bido 

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - ELANG Ular Bido adalah jenis elang besar yang menyebar luas di Asia Selatan, mulai India, Nepal, Srilanka, Cina, dan hampir di semua wilayah Asia Tenggara.

Elang ini merupakan anggota suku Accipitridae. Dikenal juga sebagai Crested Serpent Eagle atau CSE oleh sebagian pecinta burung pemangsa (BOP).

Elang ini berwarna hitam dengan garis putih di ujung belakang sayap, terlihat di saat terbang seperti garis yang tebal.

Sangat berisik, suara panggilan seperti ""Kiiiik"" panjang dan diakhiri dengan penekanan nada. Sayap menekuk ke atas (seperti elang Jawa) dan ke depan, membentuk huruf C yang terlihat membusur.

Ciri khas lainnya dikutip dari Wikiedia, burung ini memiliki kulit kuning tanpa bulu di sekitar mata hingga paruhnya.

Ada yang mengatakan kulit kaki dari elang ini mempunyai kekebalan terhadap bisa ular, karena itulah elang ini di sebut elang ular karena mempunyai kekebalan terhadap bisa ular.

Makanan utama dari elang ular adalah ular-ular kecil, burung-burung kecil sampai ke mamalia kecil seperti tikus atau kelinci yang mempunyai ukuran yang kecil.

Pada waktu terbang, terlihat garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang sayap. Berwarna gelap, sayap sangat lebar membulat, ekor pendek.

Elang Ular Bido dewasa memiliki ciri bagian atas cokelat abu-abu gelap. Bagian bawah cokelat. Perut, sisi tubuh dan lambung berbintik-bintik putih, terdapat garis abu-abu lebar di tengah garis-garis hitam pada ekor.

Jambul pendek dan lebar, berwarna hitam dan putih. Saat masi lebih banyak warna putih pada bulu. Iris mata erwarna kuning, paruh cokelat abu-abu, kaki kuning.

Kebiasaan elang ini hidup berpasang-pasangan. Sangat ribut, melayang-layang di atas wilayah sambil mengeluarkan suara.

Pada musim berbiak, pasangan menunjukkan gaya terbang akrobatik.

Habitatnya adalah hutan, tepi hutan, perkebunan, sub-urban. Tersebar sampai ketinggian 1.900 meter di atas permukaan laut.

Mampu berbiak sepanjang waktu, sarangnya terbuat dari tumpukan ranting berlapis daun di hutan yang rapat. Telur erwarna putih suram, bercak kemerahan, rata-rata berjumlah 1-2 butir.

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved