Jiwangga Resto, Sempat akan Menjadi Resort

Sejak juli 2013 lahan milik pribadi ini mulai dilakukan pembebasan lahan dan akan dibentuk bangunan resort.

Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: oda
tribunjogja/wahyu setiawan nugroho
Suasana salah satu sudut Jiwangga Resto di Bromonilan Purwomartani Kalasan Sleman 

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Wahyu Setiawan Nugroho

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Bermula dari kecintaan dan kekaguman pemilik dengan kerajaan majapahit kuno, Jiwangga awalnya ingin dibentuk menjadi sebuah resort yang bertema tentang kejayaan majapahit kuno kala itu dan akan diberi nama 'Jiwangga Spiritual Resort'.

Sejak juli 2013 lahan milik pribadi ini mulai dilakukan pembebasan lahan dan akan dibentuk bangunan resort.

"Bangunan sudah jadi dan siap semua dan sempat dipakai untuk pameran keris pada agustus 2016, akhirnya pada januari 2017 setelah berunding dengan beberapa kerabat, owner memilih untuk membuka resto," jawab Fadjar Nur Efendi, Customer Relation Jiwangga Resto.

Hanya dengan persiapan sekira satu bulan akhirnya bangunan yang mulanya bertujuan untuk resort lebih memilih membuka sebuah tempat makan yang lengkap dengan ornamen dan nuansa kerajaan majapahit kuno dengan perubahan nama 'Jiwangga Resto' tempat makan jiwa dan raga.

"Karena memang beberapa koleksi disini (resto -red) mengharuskan biaya perawatan yang cukup tinggi jadi dibukalah tempat yang setidaknya lebih menghasilkan," lanjutnya kepada tribunjogja.com selasa (9/1/2018).

"Semua tanpa arsitek tanpa konsep tanpa persiapan, akhirnya jalan resto ini," katanya.

Maret 2017, Jiwangga Resto akhirnya mulai beroperasi dan menggelar soft opening dengan mengandalkan tempat yang sederhana namun tetap memiliki kesan kerajaan majapahit.

"Tanpa arsitek, tanpa tata landscape semua penataan dari ownernya," katanya.

Semua furniture yang terletak di Jiwangga Resto ini merupakan koleksi pribadi owner yang sangat mengagumi masa kejayaan Majapahit Kuno.

"Owner sangat mengagumi Majapahit, beliau sangat senang dengan spriritnya, senang dengan kemegahan bangunannnya kala itu, dan sekaligus untuk nguri-uri kebudayaan," jawabnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved