Kejar Pembangunan Bandara NYIA, AP I : Tak Perlu Khawatirkan Tsunami
NYIA menjadi satu-satunya bandara di Indonesia, dan akan menjadi pilot project bandara, yang sudah memperhitungkan adanya bahaya tsunami.
Penulis: Tantowi Alwi | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Pada Juli 2014 lalu, peneliti tsunami dari Balai Pengkajian Dinamika Pantai-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT), Widjo Kongko mengatakan, berdasarkan kajian, lokasi NYIA berpotensi dilanda tsunami dengan ketinggian hingga 9 meter.
Kajian itu memang belum spesifik di lokasi tapak bandara baru itu, tetapi dilakukan terkait rencana pembangunan infrastruktur transportasi seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara di pantai DIY yang membentang sepanjang 115 kilometer.
”Kajian kami, mulai dari sisi timur Sungai Bogowonto di perbatasan Kulonprogo dengan Kabupaten Purworejo hingga Pantai Parangtritis di Kabupaten Bantul termasuk daerah rentan gempa dan tsunami,” kata Widjo.
Potensi gempa yang bersumber di zona tumbukan lempeng di selatan Jawa itu bisa mencapai 8,5 Skala Ritcher.
Dengan kekuatan itu, tsunami yang dibangkitkan bisa setinggi 9 meter di pantai dan menjalar ke daratan hingga sekitar 500 meter.
Terkait hasil kajian tersebut, Sujiastono mengatakan proyek NYIA sudah memperhitungkan adanya bahaya gempa dan tsunami, bahkan pihaknya sudah mendatangkan ahli dari Jepang bekerjasama dengan ahli dari Indonesia untuk mengkaji hal tersebut.
“Beberapa waktu lalu, kami adakan Focus Group Disscussion, hasilnya yaitu NYIA menjadi satu-satunya bandara di Indonesia, dan akan menjadi pilot project bandara, yang sudah memperhitungkan adanya bahaya tsunami. Biasanya cuma gempa, ini sudah mengantisipasi tsunami. Jadi, adanya gempa dan tsunami sudah tidak masalah,” kata Sujiastono.
Ia melanjutkan mestinya sudah tidak ada lagi kekhawatiran rawan tsunami.
“Sudah kita perhitungkan terhadap gempa dan tsunami, tsunami pun sudah ambil di angka yang tertinggi yakni 8,5 – 8,8 skala ritcher,” ujarnya. (*)