Masih Ada 170 Anak Jalanan dan Gepeng di Sleman

Faktor tumbuh suburnya gepeng tak lain karena orang Yogya dianggap tidak tegelan atau murah hati.

Penulis: app | Editor: Gaya Lufityanti
Tribun Jogja/Suluh
Razia gepeng. (ilustrasi) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tingginya tingkat perekonomian di Sleman membuat banyak orang mengadu nasib di kota tersebut.

Hal tersebut juga berimbas dengan bertambahnya gelandangan dan pengemis (gepeng).

Dari catatan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sleman 170 gepeng di Sleman sepanjang 2017.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Sleman, Surono menjelaskan banyaknya gepeng khususnya gelandangan di Sleman secara umum karena psikotik dalam artian gelandangan tersebut memang tidak tahu arah mana yang akan dituju.

"Kebetulan posisi dia ada di Sleman secara umum menjadi kewenangan trantib. Setelah dirujuk trantib kalau sakit di bawa ke rumah sakit rujukan pembiayaan ke Dinsos nanti," terangnya.

Meski begitu, ada pula beberapa gepeng yang sengaja menggelandang untuk mencari uang.

Surono menceritakan ia pernah mendapati seseorang yang sengaja berprofesi sebagai pengemis.

Penghasilannya pun cukup tinggi bahkan hingga Rp50 ribu per harinya.

"Dia bawa tas seperti guru. Masuk suatu tempat terus ganti baju. Sehari bisa dapat Rp 50 ribu. Mereka sengaja mencari uang," terang Surono.

"Kalau tempat Prambanan yang paling stategis," timpalnya.

Lanjutnya, faktor tumbuh suburnya gepeng tak lain karena orang Yogya dianggap tidak tegelan atau murah hati.

"Boleh memberi tapi harus ke tempat yang sesuai. Kalau (masyarakat) nggak sadar maka mereka (gepeng) akan ada terus. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved