Bermaksud Sambung Rasa, Rombongan AP I dan Pemkab Kulonprogo Justru Diusir Warga Penolak Bandara
Warga penolak bandara lalu meminta rombongan itu segera pergi jika terus saja berbicara tentang bandara di hadapan mereka.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Masjid Al Hidayah di Pedukuhan Kragon II Desa Palihan menjadi saksi pertemuan singkat antara warga penolak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) dengan pihak pemrakarsa pembangunan bandara dan Pemerintahn Kabupaten Kulonprogo, Jumat (15/12/2017).
Pertemuan itu berlangsung singkat dan tanpa hasil apapun.
Sedianya, kedatangan AP I dan Pemkab hendak berkomunikasi dengan warga penolak tersebut.
Tampak hadir dalam pertemuan itu Project Manager Pembangunan NYIA PT AP I Sujiastono, Project Secretary Pembangunan NYIA Didik Tjatur, General Manager Bandara Adi Sucipto Yogyakarta Agus Pandu Purnama, Asisten II Sekretariat Daerah Kulonprogo Triyono, Camat Temon Jaka Prasetya, Kapolsek Temon Heri Setyo Purnomo, dan perwakilan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Namun, warga tetap bersikeras menolak digusur dan tak mau menerima penjelasan tim AP I dan Pemkab Kulonprogo terkait latar belakang diperlukannya pembangunan bandara baru Yogyakarta tersebut.
Warga juga mengusir rombongan tersebut agar meninggalkan lingkungan tempat tinggal mereka.
Keengganan warga terkait bandara itu bahkan sudah terlihat sejak awal kedatangan tim di masjid dekat posko Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulonprogo (PWPP-KP) tersebut.
Warga menolak bersalaman tangan dengan tim AP I dan Pemkab tersebut.
Warga PWPP-KP langsung mempertanyakan maksud kedatangan rombongan tersebut, sesaat setelah forum yang disebut AP I dan Pemkab sebagai ajang sambung rasa itu dibuka secara informal.
Mereka merasa kedatangan Pemda terlambat karena warga merasa telah disakiti dalam tindakan pengosongan lahan beberapa waktu lalu.
"Setelah segala sesuatu terjadi pada diri kami, apa maunya? Sampai listrik diputus dan jalan lingkungan kami ditutup. kenapa kok dari Pemda hadir ke sini?" tanya Perwakilan PWPP-KP, Sofyan.
Atas pertanyaan itu, Asisten II Setda Kulonprogo Triyono menjelaskan bahwa pihaknya mendengar bahwa warga penolak bandara itu ingin berkomunikasi dengan pemerintah daerah maupun pemrakarsa pembangunan bandara.
Karenanya, pihaknya datang untuk menjalin sambung rasa atas apa yang jadi keinginan warga.
Dengan harapan, ada solusi yang bisa diambil.
Namun, ucapan Triyono itu langsung disambut oleh teriakan warga bahwa mereka tak ingin tergusur dan tak menginginkan pembicaraan apapun terkait bandara.
Teriakan serupa juga dilantangkan warga ketika GM Bandara Adi Sucipto Agus Pandu Purnama hendak menjelaskan latar belakang diperlukannya bandara baru.
Warga langsung memotong ucapan Pandu dan mengatakan warga tak butuh bandara.
"Saya sebagai petani tidak butuh bandara. Saya menolak tanpa syarat. Ora arep adol lemah, ora butuh bandara. Butuhku lemah arep nggo tani (tidak mau jual tanah, tidak butuh bandara. Butuhku tanah untuk bertani-red)," kata seorang perempuan yang langsung disusul ucapan serupa oleh warga lainnya.
Suasana semakin tak kondusif untuk berdiskusi karena warga, terutama kaum perempuan, terus berteriak lantang menolak pembangunan bandara.
Mereka lalu meminta rombongan itu segera pergi jika terus saja berbicara tentang bandara di hadapan mereka.
Tak hanya rombongan AP I dan Pemkab, warga juga mengusir semua orang yang ada di depan masjid, termasuk para jurnalis.
Rombongan AP I dan Pemkab Kulonprogo itu pada akhirnya memilih untuk pergi dari hadapan warga dan kembali ke titik kumpul di bekas kantor kontraktor PT PEmbangunan Perumahan, tak jauh dari masjid tersebut.
"Tolak, tolak, tolak bandara. Tolak bandara, sekarang juga," demikian nyanyian warga mengiringi kepergian rombongan tersebut.(*)