Kisah Mbah Nardi, Si Tukang Pijat Jalanan di Sudut Kota Yogyakarta
Jika kondisi cuaca cerah, ia setiap hari setiap dari pukul 07.30 WIB- 01.00 Wib menunggu para pengguna jasanya mampir untuk dipijat.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Walaupun sudah tak bisa dikatakan muda lagi, jemari renta Mbah Nardi terlihat begitu cekatan memijat setiap bagian tubuh pengguna jasanya.
Ya, Mbah Sunardi merupakan seorang tukang pijat urut jalanan.
Bermodalkan sepeda ontel dan spanduk bertuliskan pijat urut jalanan, Mbah Nardi biasa mengandalkan peruntungannya di jalan Gejayan, tepatnya di depan Kampus Sanata Dharma.
Jika kondisi cuaca cerah, ia setiap hari setiap dari pukul 07.30 WIB- 01.00 Wib menunggu para pengguna jasanya mampir untuk dipijat.
Kepada Tribunjogja.com, Lelaki berusia 64 tahun tersebut bercerita, dirinya mulai membuka praktek pijat urut jalanan dari sekitar 6 bulan yang lalu.
Tepatnya ketika bulan Ramadhan 1438 H yang telah lalu.
"Kalu tidak hujan, setiap hari saya buka praktek disini sejak bulan puasa kemarin," ujar Mbah Nardi, Sabtu malam.
Dijelaskan Mbah Nardi, awal mula dirinya memutuskan untuk membuka praktik pijat urut di jalanan lantaran terpaksa karena beberapa hotel sudah tak membutuhkan jasanya lagi.
Ia mengaku, sebelum jadi pijat urut jalanan, dirinya mengandalkan peruntunganya dengan pijat keliling hotel.
"Sebelum disini, saya menawarkan jasa pijat keliling hotel," ungkap dia.
Namun, semenjak okupansi hotel di Yogyakrta menyusut, dirinya tak mampu lagi mengandalkan hotel untuk mencari rezeki.
Uniknya, selama menjalankan profesi sebagai tukang pijat, Mbah Nardi mengaku tak pernah mematok tarif sebagai imbalan dari jasanya.
Para pengguna jasanya yang menentukan sendiri Besaran biaya berapa yang harus dibayarkan.
Dibayar berapapun ia mengaku pasti akan menerima dengan perasaan senang.