Sendang Seliran Pemandian di Dalam Komplek Ndondongan Kotagede Yogyakarta

Sendang Seliran ini terdiri dua bangunan sendang yaitu dari sendang kakung dan sendang putri.

Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Wahyu Setiawan
Sendang Seliran 

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Wahyu Setiawan Nugroho

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tepat di sisi barat daya Pemakaman Raja Mataram, terdapat sebuah bangunan yang sekaligus bagian terakhir dari kompleks Ndondongan, yaitu Sendang Seliran.

Kompleks Ndondongan mudah ditemukan, yakni memiliki ciri khas dua buah pohon beringin besar yang menjulang tinggi, sehingga dari kejauhan akan menjadi penanda.

Sendang Seliran ini terdiri dua bangunan sendang yaitu dari sendang kakung dan sendang putri.

Sendang dapat diartikan sebagai tempat pemandian umum.

Sedangkan kakung berarti pria dan putri berarti wanita sehingga sendang kakung dan putri bisa diartikan sebagai pemandian pria dan pemandian wanita.

Sendang ini biasanya digunakan sebagai pemandian bagi warga sekitar atau lainnya untuk berendam dan mandi di dalam komplek makam dan masjid gede ini.

Bagian sendang dikelilingi dengan tembok besar dengan bangunan bercorak kerajaan sebelum Islam.

Memang bangunan ini dibangun pada masa kerajaanKMataram.

Terdapat beberapa kotak-kotak pemandian dengan sumberan air tanah yang jernih dan segar.

Kini pemandian tersebut juga sering digunakan warga sekitar untuk bermandi.

"Biasanya saat malam pasaran Legi sini selalu ramai, malam Selasa Legi atau malam Jumat Legi biasanya ramai," ujar Yusa, seorang warga yang sering mandi di sendang tersebut.

Selain itu pemandian tersebut juga dimanfaatkan beberapa warga setempat bahkan warga luar untuk mencari keberkahan terlihat dari banyaknya kelopak bunga mawar yang disebar di sumber air dan di beberapa titik terdapat batang dupa yang telah dibakar.

Sendang atau pemandian ini menjadi satu komplek dengan Makam Raja Mataram dan Masjid Gede Mataram atau sekarang disebut Masjid kotagede.

Bangunan sendang yang berada di kawasan ndondongan ini merupakan cagar budaya yang memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, budaya, pendidikan dan agama.

Oleh karena itu diperlukan partisipasi berbagai pihak untuk melestarikan baik dengan melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved