Menikmati Patah Hati Bersama Didi Kempot di Pesta Rakyat UGM
Sepertinya hanya Didi Kempot yang pantas dan berani membuka setlist penampilan dengan lagu patah hati.
Penulis: Rizki Halim | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Rizki Halim
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Acara Pesta Rakyat yang digelar oleh BEM Universitas Gajah Mada ditutup oleh penampilan Didi Kempot.
Penyanyi campursari asal Surakarta itu didaulat menjadi sorotan dalam acara Pesta Rakyat pada Sabtu (11/11/2017) tersebut.
Sebelum Didi Kempot ada juga band komedi dari Fakultas Bahasa dan Sastra UGM, Sastro Muni.
Didi kempot malam itu membuka pertunjukan dengan lagu 'Pantai Klayar,' sontak penonton langsung menikmati.
Lagu yang berisikan makna tentang sesorang yang patah hati ditinggal oleh sang kekasih itu menjadi awal lagu-lagu patah hati selanjutnya.
Sepertinya hanya Didi Kempot yang pantas dan berani membuka setlist penampilan dengan lagu patah hati.
Malam minggu yang identik dengan waktu yang biasanya dihabiskan dengan kekasih, justru malam itu diisi oleh part part lagu minor kekecewaan dalam hubungan.
Namun, penonton justru menikmati malam patah hati tersebut dengan bersenang-senang dan bernyanyi bersama.
Baca: Suriname, Negeri nan Jauh di Amerika Selatan Tapi Rasa Jawa. Warganya Mengidolakan Didi Kempot
Setelah itu, Didi Kempot menyanyikan beberapa lagu andalannya seperti, Jambu Alas, Dalan Anyar dan Cidro.
Panggung malam itu bukan hanya milik Didi Kempot, dia juga memilih secara acak penonton, untuk dapat berduet di atas panggung.
Selain membawa grup musik yang mengiringinya, Didi Kempot juga membawa tiga biduan yang menjadi pemanis dalam penampilanya malam itu.
Tidak hanya lagu-lagu milik Didi Kempot yang dibawakan, ketiga biduan yang dibawa olehnya, didaulat untuk menyanyikan lagu lagu dangdut mainstream.
Sebut saja lagu Kandas milik Evie Tamala, Kelangan dan Bojo Galak milik grup hip hop dangdut Pendhoza.
Khusus di lagu Bojo Galak, koor penonton tidak bisa dihindarkan sejak intro dimainkan.
Sepertinya isu tentang pasangan yang galak adalah masalah yang dihadapi oleh kebanyakan penonton disana.
Malam itu Didi Kempot sukses membuat Wisdom Park UGM dipenuhi oleh emosi kekecewaan dalam hubungan percintaan.
Akhirnya pertunjukan diakhiri dengan lagu Perawan Kalimantan yang malam itu menjadi lagu penutup.
Malam ini juga menjadi saksi bahwa anggapan para pemuda tidak menyukai musik tradisional salah besar.
Malam itu dibuktikan dengan ratusan mahasiswa yang hadir, tidak berhenti bernyanyi selama pertunjukan berlangsung.
Pemilihan Didi Kempot sebagai penutup dalam rangkaian acara Pesta Rakyat juga perlu diapresiasi.
Meskipun di tengah pertunjukan Didi Kempot tampak kelelahan karena faktor usia yang tak lagi muda, namun dia benar-benar sukses menjadi penghibur untuk penampilan malam ini.(TRIBUNJOGJA.COM)
