FIB UGM Angkat Sastra dan Seni ke Masyarakat
Kegiatan ini juga untuk memicu kemballi gairah bersastra-seni sebagai alternatif sarana mengasah budi dan kecendikiaan.
Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) UGM berusaha angkat sastra dan seni agar diterima di masyarakat.
Upaya tersebut dikemas dalam Malam Puncak Anugerah Sastra & Seni UGM ke-4 dengan tema 'Revitalisasi Penghargaan terhadap Perbedaan'.
Perhelatan ini akan digelar pada 10 November 2017, Pusat Kebudayaan Koesnadi Hadjasoemantri UGM.
Dekan FIB UGM, Wening Udasmoro saat ditemui di ruang rapat humas dan protokol UGM, Kamis (9/11/2017) mengatakan, harus ada usaha sekuat tenaga untuk memunculkan sastra dan seni di tengah masyarakat kita.
Ia tidak menampik bahwa saat ini memang tumbuh dan beredar banyak tulisan, tapi itu hanya bersifat reaktif.
Dibuat tanpa dipikir dulu untuk kemudian dikonsumsi oleh publik.
"Tulisan yang dibuat dengan proses berpikir dan dituangkan ke dalam sastra saat ini menjadi marginal. Usaha kami adalah menggiatkan kembali sastra dan seni yang memiliki sifat luhur ke ranah kehidupan kita," terangnya.
Dalam usaha menjelaskan kembali pentingnya sastra dan seni sebagai pengasah budi dan kecendikiaan, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan acara Anugerah Sastra dan Seni UGM ke-4 dan Lomba Sastra dan Seni UGM 2017.
Adapun Lomba Sastra dan Seni UGM tahun 2017 ini mengangkat tema 'Revitalisasi Penghargaan Terhadap Perbedaan'.
Tema tersebut diangkat untuk mengingatkan kembali realitas bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural, bangsa yang dalam sejarahnya memiliki sejarah panjang dalam menghargai keberagaman dalam berbagai aspek kehidupan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
"Tema ini dipilih atas dasar pertanyaan, mengapa sih kita hidup di dunia yang dasarnya semua berbeda tapi justru sekarang perbedaan itu menjadi masalah," tambahnya.
Kegiatan ini diselenggarakan bertujuan untuk memberi ruang ekspresi kepada para pelaku sastra dan seni untuk terus berkarya.
Di samping itu, kegiatan ini juga untuk memicu kemballi gairah bersastra-seni sebagai alternatif sarana mengasah budi dan kecendikiaan.(*)