Relawan Berjibaku dalam Misi Operasi Penyelamatan Korban Erupsi Merapi pada Gladi Lapang
Berdasarkan pengalaman erupsi Merapi 2010 penanganan antar instansi belum dikoordinasi dengan baik termasuk komunikasi.
Penulis: app | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Hilir mudik mobil ambulan tampak di Lapangan Jangkang, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (18/10/2017).
Kepanikan semakin terasa, tatkala suara sirine ambulans saling bersahutan pertanda korban erupsi Gunung Merapi tiba.
Satu persatu korban ditangani petugas medis yang berada di pos Rumah Sakit Lapangan.
"Dua korban di Pos Aju. Sugeng umur 30 Bakalan luka ringan sampai sedang. Korban kedua Saturi Laki-laki desa ngepring luka perut," lapor seorang petugas melalui Handy Talky (HT).
Batang kayu tampak menancap di perut bagian kiri Saturi.
Warga Ngepring tersebut hanya bisa pasrah, tubuhnya berlumuran darah.
Sementara kondisinya terlihat lemah.
Nasib serupa dialami Sugeng, pria berusia 30 tahun asal bakalan tersebut didiagnosa mengalami Vulnus Laceratum (VL) atau luka sobek.
Dengan tanggap petugas pun memberikan pertolongan kepada mereka.
Petugas berkejaran dengan waktu, dilaporkan korban-korban lain sedang diangkut menuju pos di Lapangan Jangkang.
Begitulah suasana yang tampak dalam Gladi Lapang Penanganan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi 2017 yang digelar oleh BPBD DIY.
Dalam simulasi tersebut diskenariokan Gunung Merapi mengalami kenaikan status pada tahap kritis atau awas.
Pos Aju di kecamatan Ngemplak dengan area operasi sekitar Sektor D didirikan.
Manajer Pos Aju pun melakukan briefing operasi untuk memobilisasi sumber daya untuk operasi penyelamatan.
Mulai grup SAR, grup kesehatan, grup logistik, grup komunikasi, dan grup keamanan terlibat.
Kepala grup pun memiliki tanggungjawab dalam aksi operasi penyelamatan tersebut.
"Jadi kita ada gladi lapang, akan melatih kemampuan responder dan relawan dalam mengelola search and rescue, medik, logistik, komunikasi dan dukungan-dukungan ketika ada kedaruratan," jelas Danang Samsurizal, Manager Pusat Pusdalops BPBD DIY.
Lanjutnya, acara kali ini juga bertepatan dengan bulan Oktober yaitu hari pengurangan risiko bencana.
Sebanyak 1000 personel terlibat dalam acara tersebut.
Sejumlah 600 di antaranya petugas, sisanya masyarakat.
Selain itu, berdasarkan pengalaman erupsi Merapi 2010 penanganan antar instansi belum dikoordinasi dengan baik termasuk komunikasi.
"Merapi aktif normal. Tapi harus siap siaga karena dalam penaggulanagan bencana ada unsur ketidakpastian," pungkasnya. (*)