Jejak Situs Kuno Liangan

5 Fakta Unik Seputar Situs Kuno Liangan, Mulai Temuan Yoni Hingga Misteri Gadis Mataram Kuno

Sejak diekskavasi mulai 2009, temuan demi temuan menunjukkan sisi menarik situs ini.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumargo
Misteri keberadaan tangga atau undak-undakan dari teras empat ke teras tiga di situs kuno Liangan belum terpecahkan. Proyek ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta pada pertengahan September 2017 belum menemukan jejaknya 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sudah cukup banyak yang menulis dan mengulas situs hunian era Mataram Kuno di Dusun Liangan, Desa Purbosari, Ngadirejo, Temanggung.

Sejak diekskavasi mulai 2009, temuan demi temuan menunjukkan sisi menarik situs ini.

Tak hanya menampakkan bentuk fisik aneka bangunan yang berkebudayaan tinggi, data dan artefak yang tergolek di bawah timbunan pasir vulkanik menyingkap misteri besar bagaimana Liangan akhirnya ditinggalkan penghuninya dan terkubur berabad-abad.

BACA : Menguak Jejak Situs Kuno Liangan, Misteri Tangga Penghubung Teras 4 ke Teras 3 Belum Terpecahkan

Berikut lima fakta unik menarik tentang Situs Liangan, sebuah permukiman dan lokasi peribadatan yang terletak hanya 8 kilometer dari puncak Gunung Sindoro.

1. Temuan Penambang Pasir

Situs Liangan mulai tersingkap sejak area pertanian di Desa Purbosari itu kemudian berubah jadi target penambangan galian C (pasir & batu).

Nama Liangan diambil dari lokasi tempat itu berada, yaitu di Dusun Liangan.

BACA : 'Little Pompei' Ini Ada di Lereng Gunung Sindoro

Begitu penambangan pasir merambah area pertanian ini, satu demi satu artefak-artefak bermunculan.

Mula-mula ditemukan potongan-potongan batu andesit dan fragmen-fragmen bangunan berciri khusus.

Artefak dan fragmen itu terpendam beberapa meter dari permukaan tanah yang sedang digali. Temuan itu membawa para arkeolog berdatangan dan menelitinya, dan secara mengejutkan ada indikasi artefak lebih besar dalam skala area yang jauh lebih luas.

2. Terbakar Pasir Panas

Pada 2008, warga penambang menemukan fragmen menarik yang masih mulus dan berbentuk seperti talud. Ternyata memang susunan batu andesit itu talud yang penggalian lebih luas akhirnya menyingkap keberadaan bangunan candi di dekatnya.

Dari temuan-temuan penting itu, akhirnya Liangan ditetapkan sebagai situs kompleks yang mendapat perlakuan khusus guna penelitian leih lanjut serta kepentingan pengembangan di kemudian hari.

Pada tahun 2014, setelah melewati serangkaian proyek penelitian, para arkeolog sampai pada satu lapisan penting dan menarik untuk diberi perhatian. Sugeng Riyanto, saat itu masih arkeolog senior masa klasik di Balar Yogya, memamerkan hasil ekskavasi.

Ada satu hamparan tanah yang sudah dibuka, dan terlihat bercak-bercak arang di atasnya dan beberapa lubang. Bagi mata awam, hamparan tanah itu sangat biasa, tidak menarik, dan mirip seperti hamparan tanah pada umumnya.

BACA : Jangan Salah Sangka, Sindoro Pernah Meletus Hebat

Namun siapa menduga, itulah lapisan tanah terakhir tempat penghuninya beraktifitas, sebelum Liangan diguyur hujan pasir panas, ditimpa abu vulkanik, disusul jatuhan piroklastika Sindoro yang susul menyusul.

Lubang-lubang di permukaan, berukuran 10-15 cm dengan kedalaman 20-30 cm membentuk jajaran dua baris memanjang adalah bekas tiang kayu (lubang persegi) dan bambu (lubang bulat). Beberapa lubang masih menyisakan arang organik di dalamnya.

Tidak jauh dari lokasi ini ditemukan fragmen arang kayu yang diyakini dari tiang yang terbakar dan terlempar. Para peneliti telah sampai pada lapisan di mana peristiwa dramatis berabad-abad lalu akhirnya mengubur komplek hunian tersebut.

3. Yoni di Persawahan Kuno

Penghuni Liangan telah memliki peradaban agraris level tinggi. Area pertanian kuno penduduk Liangan ditemukan ada di posisi lebih tinggi dari area peribadatan maupun hunian. Di area ini ditemukan yoni berbentuk lempengan, berbeda dengan yoni pada umumnya.

Yoni di Liangan yang ditemukan di area pertanian ini dibuat secara khusus dan diletakkan langsung menyatu dengan tanah. Biasanya yoni berbentuk persegi dan di tengah ada lubang serta memiliki cerat di salah satu sisinya.

Sebagai penyangga juga berbentuk persegi, yang disimbolisasikan sebagai bumi. Sebagai simbol kesuburan, yoni di area pertanian Liangan ini tanpa kotak penopang, karena memang langsung ditempatkan menyatu dengan tanah pertanian.

Dilihat dari jejaknya, pertanian kuno Liangan utamanya bertanam padi. Alat pertanian logamnya sudah cukup maju pada zamannya. Artefak alat pertanian yang ditemukan beragam, dan serupa dengan alat pertanian tradisional sekarang.

4. Petirtaan Liangan

Di antara temuan artefak, fragmen, dan unsur bangunan, lokasi yang diduga petirtaan atau sumber air terbilang menarik.

Sisi menariknya karena di antara temuan-temuan bangunan terdahulu, di petirtaan ini terlihat ada ornamen ukir atau semacamnya.

Ini mengindikasikan petirtaan ini muncul belakangan, atau termasuk bangunan yang didirikan belakangan.

Tidak sezaman dengan bangunan candi dan batur di teras pertama yang diduga kuat merupakan unsur-unsur bangunan yang dibangun di tahap awal.

Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta masih terus menelusuri dan melengkapi temuan sekaligus tafsir ini sejalan dengan upaya menyingkap bagian-bagian lain yang masih tertutup.

Diyakini masih ada bagian komplek hunian yang masih terpendam tanah dan pasir.

5. Misteri Gadis Liangan

Ekskavasi situs Liangan selain menyingkap temuan bangunan, juga menemukan beragam artefak organik. Mulai dari sisa biji-biji jagung, pla, kelapa, kluwak, juga ada temuan sisa lembaran kain, kantong kain, dan lembaran kulit kayu yang rapuh akibat terbakar.

Ada juga fragmen kayu yang mengalami pengerjaan untuk keperluan tertentu, maupun yang belum tersentuh pengerjaan alias pohon hidup sebelum terbakar. Ada bambu, kayu pinus, ijuk dan anyaman bambu.

Fragmen tulang fauna yang ditemukan dari spesies Bovidae yang dari jejaknya terindikasi sisa konsumsi. Bisa terlihat dari bekas potongan, sehingga secara hipotetik bukan korban letusan gunung berapi.

Paling menarik ada temuan fragmen rangka manusia berupa tengkorak bagian belakang dan sepotong tulang panjang.

Dibeber di laporan jurnal Berkala Arkeologi (No 35/Mei 2015), analisis kemudian menunjukkan rangka itu berasal dari manusia berjenis kelamin perempuan usia sekitar 22 tahun.

Berdasarkan temuan data lain yang ditemukan, yaitu buli-buli keramik Cina dari masa dinasti Tang, diperkirakan gadis itu sezaman dengan kehidupan situs Liangan.

Namun belum ada kesimpulan tentang sebab kematian, apakah bersamaan dengan terkuburnya Liangan atau sudah meninggal sebelumnya. (tribunjogja/xna)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved