Bentrok Bonek Vs PSHT - Polisi Tangkap Dua Remaja yang Hajar Dua Pendekar Hingga Tewas

Satreskrim Polrestabes Surabaya menetapkan dua tersangka dalam kasus bentrok suporter Persebaya (Bonek) dan pesilat dari PSHT.

surya/fatkhul alamy
Dua Bonek digelandang di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (5/10/2017) 

TRIBUNJOGJA.COM - Satreskrim Polrestabes Surabaya menetapkan dua tersangka dalam kasus bentrok suporter Persebaya (Bonek) dan pesilat dari PSHT.

Dua tersangka itu merupakan dua Bonek, yakni M Ja'far (24) dan M Tiyok (19).

Dua Bonek itu, Jafar merupakan seorang pemuda asal Pogot Baru danTiyok tinggal di Balongsari.

Keduanya ditetapkan sebagai tersangka, lantaran mengeroyok dan menghajar dua anggota PSHT hingga tewas.

Seperti diberitakan sebelumnya, bentrok Bonek dan anggota PSHT terjadi di Jalan Balongsari Tandes (30/9/2017) malam.

Bentrokan terjadi usai pertandingan Liga 2 antara Persebaya kontra Persigo Semeru FC.

M Anis dan Ristanto tewas dikeroyok dan akhirnya tewas.

Kisah Pilu

Dita Yuli Fauziah, istri Muhammad Anis menjelaskan, usai kejadian pengeroyokan sang suami masih dinyatakan kritis ketika dibawa ke rumah sakit, namun akhirnya meninggal dunia.

Sedang Aris Eko Ristanto lebih dahulu meninggal dunia ketika dilarikan kerumah sakit karena kondisinya parah.

Saat tiba di rumah sakit untuk melihat sang suami, Dita Yuli Fauziah menuturkan kondisi sang suami mengalami luka parah di bagian kepala dan muka, karena hantaman benda tumpul.

"Saat saya lihat jenazahnya, lukanya di kepala. Sobek dan memar-memar. Kasihan Mbak saya lihatnya, suami yang meninggalkan saya selama-lamanya," ujar Dita sambil meneteskan air mata, Minggu (1/10/2017) sore di kediamannya.

Siapa sebenarnya M Anis dan kenapa bisa menjadi korban bentrokan itu? Berikut penuturan mengejutkan dari istrinya: 

1. Saudara Kandung

Muhammad Anis  dan Aris Eko Ristanto ternyata kakak- adik yang berasal dari Bojonegoro.

Namun, M Anis dan Aris Eko sejak kecil sudah tidak tinggal bersama. Aris Eko diambil anak angkat kerabatnya.

M Anis telah pindah kependudukan semenjak menikah dengan Dita Yuli Fauziah.

"Mas Eko dirawat adik ibu mertua. Sebenarnya mereka saudara kandung tiga bersaudara. Yang nomor satu ada mbak, lalu mas Eko nomor dua dan Mas Anis ketiga dari bapak pertama," jelas Dita Yuli Fauziah pada Surya.co.id, Minggu (1/10/2017).

2. Bukan Pendekar

Dita memastikan bahwa suaminya, Muhammad Anis, tidak ikut dalam perguruan pencak silat seperti yang diberitakan.

Bahkan Dita membeberkan jika sang suami sehari-hari hanya disibukkan dengan bekerja di salah satu pabrik sepatu di daerah Tanjung Sari.

"Kalau kakak dulu memang ikut perguruan pencak silat, tapi sekarang katanya sudah tidak. Kalau suami saya tidak ikut kelompok apapun, pulang kerja ya pulang, mainan sama anak," ujar Dita, Minggu (1/10/2017).

Tak hanya itu, dirinya memastikan jika sang suami tak memiliki atribut perguruan apapun di rumah, dan saat meninggalkan rumah untuk pergi bersama sang kakak, M Anis tak mengenakan kaos ataupun atribut lainnya.

"Suami saya keluar pamit ngopi itu pakai kaos merah biasa. Gak ada tulisan macam-macam. Dia pamit ngopi di Balongsari, padahal biasanya ngopinya di Gresik," jelasnya.

3. Tidak Neko-neko

Muhammad Anis satu dari dua korban bentrok Bonek - PSHT, Minggu (1/10/2017) dini hari, dikenal sebagai pribadi yang tak neko-neko oleh warga sekitar.

"Orangnya pendiam, jujur apa adanya, tidak macam-macam, biasa pokoknya. Ditambah lagi suka memberi. Kadang itu, dia ngasih rokok tiga batang ke salah satu tetangga yang biasa pakai egrang. Baik pokoknya. Saya sudah lama di sini jadi saya tahu persis dia gimana anaknya," kata Sodiq tetangga korban dikutip dariSurya.co.id, Minggu (1/10/2017).

Saat mendengar M Anis meninggal karena korban bentrok supoter Surabaya dengan perguruan silat, Sodiq mengaku tidak percaya.

Sebab M Anis, menurut Sodiq dikenal tidak pernah ikut kelompok apapun.

"Setahu saya, dia tidak pernah ikut-ikutan kelompok. Mungkin musibah," ujarnya.

4. Firasat

Dita memiliki firasat buruk sesaat sebelum suaminya pergi bersama kakaknya. 

Dita sempat melarang suaminya hingga menarik kaos sang suami dan menangis di hadapan sang suami, karena telah mendapati firasat jika akan terjadi hal buruk pada M Anis.

"Dari semalam (Sabtu, red) pas suami pamit mau keluar ngopi sama kakak itu, saya sudah kerasa firasat tidak enak. Makanya saya larang dia, biasanya tidak pernah saya larang. Sampai saya nangis dan narik kaosnya. Tapi dia tetap ngotot berangkat," kata Dita Yuli, Minggu (1/10/2017).

Tak hanya itu, firasat lain yang diperlihatkan M Anis, pria yang masih berusia 22 tahun itu, saat ngotot pada sang istri untuk segera mengurus BPJS.

"Dua hari lalu dia ingin sekali ngurus BPJS. Katanya untuk jaga-jaga mungkin ada apa-apa," ungkapnya.

5.. Tinggalkan Anak Berusia 6 Bulan. 

M Anis ternyata baru memiliki anak yang kini masih berusia 6 bulan bernama Fahira. 

Bayi yang masih belum tahu apa-apa itu terus menangis usai ditinggal ngopi sang ayah, dan tidak dapat ditidurkan.

"Anak saya nangis terus tidak bisa ditidurkan, baru ditaruh 10 menit sudah bangun lagi. Padahal tidak lagi sakit. Tapi memang seperti dapat firasat juga karena anak saya ini lebih dekat dengan bapaknya daripada saya," ujarnya.

Dihantui perasaan tak tenang, Dita selalu menghubungi sang suami. Ketika jam 10 malam, dirinya meminta agar sang suami pulang, namun hingga pukul 02 dini hari sang suami tak kunjung pulang. (*)

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved