Inilah Sosok Jenderal Besar Sudirman dalam Dua Puisi Ciptaannya
Sebuah puisi berjudul Rumah Nan Bahagia yang diciptakan Pak Dirman di Yogyakarta, 11 November 1948.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meskipun ia adalah seorang pahlawan nasional yang menyandang gelar jenderal besar, Sudirman tetaplah sosok yang membumi dan sangat sederhana.
Hal itu tertuang dalam puisi karyanya yang ditujukan untuk suster yang merawatnya ketika sakit dan dirawat di RS Panti Rapih pada zaman perjuangan silam.
Sebuah puisi berjudul Rumah Nan Bahagia yang diciptakan Pak Dirman di Yogyakarta, 11 November 1948 misalnya.
Ia tak menuliskan namanya di bawah tanggal penulisan puisi dan hanya meninggalkan nama Orang Rawatan.
"Curahan hati Pak Dirman melalui sajak itu tidak menampakkan kedudukannya sebagai Panglima Besar TNI. Beliau hanya menyebut dirinya sebagai orang rawatan," jelas Humas RS Panti Rapih, Vita Puji, Minggu (17/9/2017).
Ia menambahkan bahwa Jenderal Besar Sudirman menyebut rumah sakit tersebut sebagai rumah nan bahagia karena penataannya yang asri.
Pada saat dirawat di sana, Jenderal Sudirman senang melihat pemandangan melalui jendela, di mana terdapat rerumputan hijau, bunga Asoka merah yang tumbuh dengan latar belakang Gunung Merapi.
"Pemandangan yang indah dan udara yang segar memberikan rasa bahagia dan juga mengurangi derita," lanjutnya.
Selain puisi berjudul Rumah Nan Bahagia, Pak Dirman yang tercatat dirawat sebanyak dua kali di RS Panti Rapih pun meninggalkan puisi keduanya yang berjudul Anakku Marie.
Puisi tersebut merupakan puisi perpisahan yang dibuatnya untuk seluruh perawat RS Panti Rapih, khususnya untuk salah satu perawat bernama Marie.
Dalam puisi tersebut ia menitipkan pesan-pesan kepada Marie dan juga perawat lainnya. Berikut versi lengkap puisi karya Jenderal Sudirman yang berjudul Anakku Marie!
Anakku Marie!
Sebagai kata perpisahan ku pesankan padamu selaku djuru rawat
Jang memeluk agama:
"Bekerja dengan redla gembira"
"Berdjoang dengan girang-riang"
"Untuk Agama, Nusa, dan Bangsa"
Selanjutnya harus:
Ichlas, Sabar, dan Longgar dada.
Bapakmu
jang tresno
ttd
R. Soedirman
Dua puisi tadi menjadi peninggalan dan juga pesan yang sangat penting bagi seluruh perawat di RS Panti Rapih, dari zaman dulu hingga sekarang.(*)