Kisah Inspiratif Mbah Telo, Selalu Mensyukuri Hasil Berdagang Polo Pendem
Simbah yang tinggal bersama empat anaknya ini tak pernah resah dengan dagangannya. Dirinya tak pernah berpikir apakah dagangan bakal laku atau tidak
Penulis: Sulistiono | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Sulistiono
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Angin sepoi berhembus menyapu suasana pagi Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta, Jumat (15/9/2017), sekitar pukul 08.00 WIB.
Seorang wanita sepuh terlihat duduk sambil menata dagangannya di bawah pohon rindang sisi barat alun-alun. Mbah Telo, begitu saat dirinya menyebut nama kala berkenalan.
Perempuan renta berumur 72 tahun ini sehari-hari menjual makanan polo pendem alias jenis umbi-umbian dan kacang-kacangan yang dihasilkan di dalam tanah, semisal ubi kayu, ubi jalar, dan kacang.
Mbah Telo juga menjual pisang dan kedelai.
Makanan serba godok ini disiapkannya sendiri tanpa bantuan siapapun.
Mulai dari belanja bahan mentah di daerah Sentolo, Kulon Progo, hingga memasak dan menjualnya di Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta.
Simbah yang tinggal bersama empat anaknya ini tak pernah resah dengan barang dagangannya.
Dirinya tak pernah berpikir apakah dagangannya bakal laku atau tidak.
Mbah Telo hanya mau memikirkan aktivitas dagangnya tanpa menarget pendapatan.
Bagi dia, berapa pun pendapatan dari berjualan polo pendem selalu disyukurinya.
“Rezeki itu pemberian Gusti Allah. Diberi berapapun saya terima,” ujarnya kepada reporter Tribun Jogja ketika mewawancarainya di sela-sela menunggu pembeli.
Mbah Telo sudah merasakan pahit getirnya kehidupan.
Dunia bisnis sudah dilakoninya sejak usia remaja.
Jiwa berdagangnya pun sudah terasah.