Kisah Roro Mendut dan Pronocitro

Inikah Wiroguno, Sang Jenderal Besar yang Tergila-gila Roro Mendut?

Bagi De Graaf, kemunculan Wiroguno sangat menarik karena ia memiliki kuasa sedemikian besar. Bahkan namanya lebih sering

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
IST / penakuasaberkarya.blogspot.co.id
Ilustrasi kisah Roro Mendut dan Pronocitro 

Wiroguno pula lah yang intens memantau perilaku putra mahkota, Pangeran Aryo Mataram, yang kelak marak sebagai Amangkurat I sepeninggal Sultan Agung. Wiroguno menduduki jabatan tertinggi di Mataram di dua era, masa Sultan Agung dan awal Amangkurat I.

Ia pun mengetahui dan memahami secara utuh drama melibatkan putra mahkota dan intrik adiknya, Pangeran Alit, yang berebut posisi. Putra mahkota yang masih berusia 18 tahun rupanya menculik dan merudapaksa istri tercantik Tumenggung Wiroguno.

Kejadian itu dilaporkan kubu Pangeran Alit ke Sultan Agung, ayah mereka. Harapan Pangeran Alit, status putra mahkota akan dicabut dari kakaknya, dan jatuh ke tangan dirinya. Rupanya Sultan Agung tidak mengubah keputusannya.

Versi lain menyebut Wiroguno lah yang mengadukan perilaku sang putra mahkota ke Sultan Agung. Pengaduan itu membuat raja murka dan mengurung diri selama berminggu-minggu. inilah bibit-bibit kebencian pada diri putra mahkota terhadap Wiroguno.

Sesudah masalah ini ditangani raja, Wiroguno mengeksekusi istri cantiknya yang telah dicemari sang pangeran dan dikembalikan pada dirinya. Dua puluh abdi dalem putra mahkota yang turut membantu penculikan dihukum mati.

Beberapa tokoh senior yang terlibat persekongkolan putra mahkota dan adiknya ini juga dihukum berat. Apakah yang dimaksud istri cantik Wiroguno ini ada kaitan dengan Roro Mendut, tidak ada sumber tertulis dan penulis sejarah yang menguatkannya.

Meski masih di kedudukan yang sama sesudah Sultan Agung wafat, kekuasaan Wiroguno perlahan dipreteli oleh Amangkurat I. Semua pembantu terbaiknya diberi tugas lain. Puncaknya, Wiroguno yang sudah tua ditugaskan merampas Blambangan yang dikuasai orang Bali.

Penugasan ini dipercaya cara halus Amangkurat I guna melenyapkan Wiroguno dan tokoh-tokoh besar yang dicurigai akan mengancam kekuasaan raja yang paranoid ini. Sukses menaklukkan Blambangan, tidak berarti penghargaan untuk Wiroguno.

Jenderal besar Mataram itu pulang dalam keadaan sakit, meninggal di Kediri. Pengikutnya membawa pulang ke Mataram, namun dicegat pasukan pengawal raja sebelum sampai ibukota. Jenazah Wiroguno dikubur di tempat mana pengawal raja bertemu dengan rombongan.

Sesudah itu semua pengikut dan anggota keluarga Wiroguna berjumlah 12 jiwa ditumpas tak bersisa. Tidak ada angka tahun pasti kapan jenderal yang pernah tergila-gila kecantikan Roro Mendut itu meninggal. Namun diperkirakan terjadi tahun 1647.(xna)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved