Wisata Religi Makam Kiai Bagus Khasantuko, dari Sendang yang Tak Pernah Keruh Hingga Pohon Keramat

Kiai Bagus Khasantuko merupakan Anak dari Amangkurat ke 3, salah satu raja mataram Kartosuro tahun 1703 hingga 1709 masehi.

Penulis: gsk | Editor: oda
tribunjogja/gilang satmaka
Sendang di area Makam Kiai Bagus Khasantuko 

"Masyarakat yang sering mandi di sendang ini, bukan hanya ingin bersih secara fisik saja, namun mereka juga ingin batin dan rohaninya juga bersih," tambah Utomo.

Sendang di area Makam Kiai Bagus Khasantuko
Sendang di area Makam Kiai Bagus Khasantuko ()

Selain itu, Sendang Gabusan tersebut juga sering digunakan warga untuk mencuci baju.

"Walaupun para warga sering mencuci baju di sendang ini, namun air di sendang ini tidak akan pernah keruh, karena airnya terus mengalir dari bawah tanah, dan terus berganti, sehingga sendang tersebut selalu jernih," jelas Utomo.

Menurut cerita warga, bangunan di makam Kiai Bagus Khasuntuko tersebut dibangun menggunakan pola arsitektur Mahameru.

Pola struktur bangunan di tempat tersebut membentuk beberapa tingkatan, yang konon merupakan penggambaran dalam filosofi Jawa.

"Pola bangunan seperti ini menggambarkan bahwa para penguasa berada di paling atas, sedangkan yang dibawah merupakan tempat para abdi atau rakyat. Oleh karena itu makam Kiai Bagus Khasantuko berada di paling atas tempat ini," Papar Utomo.

Pohon Gayam di area Makam Kiai Bagus Khasantuko
Pohon Gayam di area Makam Kiai Bagus Khasantuko (tribunjogja/gilang satmaka)

Di sekitar lokasi sendang, juga terdapat sebuah Pohon langka yang tinggi besar, yaitu pohon Gayam. Utomo mengatakan, biasanya di sendang dan tempat yang dianggap keramat pasti ditumbuhi pohon Gayam Ini.

Pohon Gayam tersebut, oleh warga sekitar dianggap berkaitan dengan hal-hal keramat dengan aura yang positif. Seperti untuk menjaga kenyamanan dan ketentram, dan juga menjaga air di sekitarnya.

Wisata Religi di makam Kiai Bagus Khasantuko ini, dapat menjadi alternatif lain, bagi anda yang menyukai tentang prasasti atau peninggalan-peninggalan kuno.

Serta belajar dari kisah-kisah spiritual kehidupan jaman dahulu, agar kita bisa terus dekat dengan sang pencipta. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved