200 Titik Perlintasan Sebidang Tak Berpenjaga
Karena keterbatasan sumber daya, jumlah perlintasan yang dilengkapi penjagaan hanya 300 titik saja sedangkan sisanya sama sekali tak ada penjagaan.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO – Sebanyak 200 titik perlintasan kereta api di wilayah PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daops VI Yogyakarta tak dilengkapi penjaga.
Personil tambahan dari unsur warga akan dikerahkan untuk melakukan penjagaan selama musim Lebaran 2017 ini.
Kepala Daops VI Yogyakarta, Hendy Helmy mengatakan, ada sekitar 500 titik perlintasan sebidang di sepanjang jalur kereta api wilayahnya.
Hanya saja, karena keterbatasan sumber daya, jumlah perlintasan yang dilengkapi penjagaan hanya 300 titik saja sedangkan sisanya sama sekali tak ada penjagaan.
Dari sisi keamanan dan keselamatan, dengan kondisi lalulintas jalan sekarang ini, adanya pintu perlintasan yang yang bersinggungan langsung dnegan rel kereta itu memang tidak layak lagi.
“Makin banyak perlintasan kan semaki besar resikonya. Kami bersama pemerintah, kepolisian dan instansi terkait sudah melakukan survey untuk mengurangi jumlah lintasannya. Namun, memang tidak semua bisa dihilangkan,” kata Hendy saat inspeksi jalur kereta api dan kesiapan Lebaran 2017 bersama Kapolda DIY di Stasiun Wates, Rabu (21/6/2017).
Beberapa titik perlintasan tak berpenjagaan itu pada akhirnya tetap dipertahankan. Tidak adanya jalur alternatif lain yang bisa difungsikan untuk pengalihan trafik lalulintas jalan menjadi alasan utama tidak dihilangkannya perlintasan.
PT KAI disebutnya tak secara langsung bertanggungjawab atas adanya perlintasan sebidang tersebut. Melainkan, tanggungjawab pemerintah daerah terutama dalam melengkapi rambu-rambu.
Untuk mengantisipasi keselamatan operasional perjalanan kereta dan keamanan pelrintasan selama musim mudik Lebaran 2017 ini, pihaknya berkoordinasi dengan warga lingkungan dan pemerintah desa setempat di sepanjang jalur.
Yakni, untuk menambahkan [personil penajaga perlintasan dari unsur warga.
“Kita masih koordinasi dengan lingkungan setempat untuk membantu kami menjaganya,” kata Hendy.
Selain itu, pihaknya juga mewaspadai adanya titik rawan longsor seperti di wilayah Sentolo (Kulonprogo) dan Goprak (Grobogan) yang berpotensi mengganggu jadwal perjalanan kereta api. PT KAI dalam hal ini sudah mendirikan posko di sekitar titik-titik tersebut.
Di sisi lain, pihaknya juga masih mewaspadai adanya pelemparan batu oleh orang tak bertanggungjawab yang banyak terjadi di wilayah timur dan barat.
Sementara itu, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengatakan bahwa pintu perlintasan sebidang di wilayah Ngeseng Sentolo perlu menjadi perhatian lantaran sering menyebabkan kemacetan lalulintas.
Terutama saat ada kereta api melintas. Dirinya menilai kepadatan lalulintas di area ini perlu ditindaklanjuti dengan pengalihan arus ke simpang empat Ngelo yang ada di sebelah baratnya.
Simpang Ngelo ini menghubungkan jalur Pengasih dan jalur utama nasional lintas selatan di Sentolo melalui jembatan melayang di atas jalur rel KA. Sehingga, bisa memecahkan masalah kepadatan arus lalulintas di Ngeseng.
Hanya saja, ada maslaah pembebasan lahan belum tuntas atas sepetak lahan sehingga ada penyempitan jalan di persimpangan tersebut.
“Tapi saya sudah koordinasi dengan pemiliknya, kita mau pinjam dulu tanahnya. Sehari dua hari mendukung arus mudik. Ke depan, Ngelo akan menjadi perempatan besar sedangkan perlintasan sebidang yang ada kita tutup,” katanya. (*)