Ramadan 1438 H

Berpuasa Tapi Perut Malah Jadi Buncit, Begini Strategi Mengatasinya

Utamakan asupan lemak tak jenuh, kurangi lemak lemak trans dan lemak jenuh.

Editor: Muhammad Fatoni
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Berubahnya pola makan saat berpuasa dari yang sebelumnya makan 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari, logikanya akan membuat berat badan stabil bahkan menurun.

Namun faktanya, malah ada yang justru mengalami peningkatan berat badan.

Menurut Rissa Saputri SGz, Ahli gizi RSUD Ansari Saleh dan Ahli Gizi Nutrimeal Banjarmasin, pengaturan pola makan dan pola hidup yang sehat selama puasa diperlukan untuk mengontrol berat badan dan mengatasi obesitas perut.

Pilihlah makanan pokok bernilai indeks glikemik rendah seperti nasi merah, nasi coklat, nasi hitam, pasta (spaghetti, fettucini, macaroni), bubur gandum.

Selain memiliki efek mengenyangkan lebih lama, makanan pokok dengan indeks glikemik rendah juga kaya serat dan mampu menurunkan kadar lemak tubuh.

Utamakan asupan lemak tak jenuh, kurangi lemak lemak trans dan lemak jenuh.

Sebaiknya gunakan lemak tak jenuh dalam proses memasak misalkan minyak zaitun, minyak canola, minyak jagung.

Ikan laut, buah alpukat, dan kacang almond.

Bagi orang dengan obesitas sentral atau memiliki kadar lemak darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi lemak jenuh dan lemak trans berlebihan, seperti fast food, es krim, daging sapi dan olahannya, telur, produk susu, minyak kelapa, minyak sawit, santan.

Panganan manis seperti kue basah, cake, donat, biskuit umumnya diolah menggunakan telur, santan, mentega/minyak.

Kebiasaan menggunakan minyak goreng yang sama berkali-kali juga dapat meningkatkan jumlah lemak trans di dalam makanan.

Hadirkan selalu sayur dan buah dalam menu sahur dan berbuka, dan konsumsi buah sebelum makanan utama.

Buah sangat baik dikonsumsi sebagai ta'jil atau pembuka sebelum makanan utama, makanan selingan setelah tarawih, serta makanan pembuka sebelum sahur.

Tidak berbuka puasa dengan jumlah berlebihan dan terburu-buru.

Enzim pencernaan di lambung merembes perlahan-lahan dari dinding lambung pada saat makanan masuk, jika pada saat berbuka makanan masuk ke dalam lambung dalam jumlah banyak bersamaan, enzim percernaan tentu tidak optimal mencerna makanan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved