Beredar Pesan Berantai untuk Berhati-hati Hidupkan Komputer Kantor Senin Besok, Ini Penjelasannya

Program jahat bernama WannaCry itu mengunci sistem komputer rumah sakit sehingga data di dalamnya tidak bisa diakses

Editor: Muhammad Fatoni
kominfo.go.id
Tampilan file yang telah terinfeksi virus ransomware 

“Backup dulu data penting (sebelum terhubung ke jaringan), pastikan antivirus sudah update serta security patch yang disarankan oleh Microsoft sudah dilakukan,” imbuh dia mewanti-wanti.

Senada dengan Semuel, Didin mengkhawatirkan sebenarnya ada lebih banyak infeksi ransomware WannaCry di Indonesia, tetapi belum disadari oleh kantor/ korban yang bersangkutan.

“Justru kekhawatirannya karena ini long weekend, pada tidak sadar sudah terinfeksi dan ketika Senin pada aktif, jadi bencana yang meluas,” katanya.

Pencegahan WannaCry

WannaCry merupakan ransomware yang dibuat dengan memanfaatkan tool senjata cyber milik dinas intel Amerika Serikat, NSA, yang pada April lalu dicuri dan dibocorkan oleh kelompok hacker Shadow Broker.

Praktisi keamanan cyber Alfons Tanujaya dari Vaksinkom Alfons Tanujaya mengatakan WannaCry bisa menyebar luas dalam waktu singkat karena memiliki keunikan dibanding program jahat lain sejenisnya.

Ransomware pada umumnya mengandalkan teknik phising di mana calon korban harus mengeklik sebuah tautan untuk mengunduh ransomware, misalnya di e-mail.

Apabila tautan tidak diklik, maka ransomware tidak akan menginfeksi komputer.

Beda halnya dengan WannaCry yang lebih canggih.

“WannaCry mengeksploitasi celah keamanan Windows, MS 71-010. Dia akan scan port 445 (SMB). Kalau terbuka, dia akan langsung masuk,” ujar Alfons.

Dengan kata lain, WannaCry bisa menginfeksi komputer tanpa butuh campur tangan korban.

Begitu berhasil menginfeksi komputer, WannaCry akan mengunci data dan sistem dengan enkripsi sehingga tidak bisa diakses.

Ransomware ini kemudian meminta “tebusan” senilai Rp 4 juta dalam bentuk mata uang virtual Bitcoin yang transaksinya tidak bisa dilacak.

Setelah tebusan dikirim ke dompet digital miliknya, barulah si pembuat program jahat akan memberikan kunci pembuka enkripsi supaya komputer bisa kembali diakses.

Namun, kata Alfons, kalaupun tebusan sudah dikirim, tak ada jaminan sang penjahat cyber akan benar-benar memberikan kunci kepada korban.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved