Soft Launching Tanjung Adikarto Menunggu Hingga Kapal Besar Bisa Masuk

Break water atau pemecah gelombang yang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus pantai, masih harus diperpanjang.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Muhammad Fatoni
tribunjogja/dwi nourma handito
Gerbang pintu masuk darat ke Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto nampak sepi, foto diambil belum lama ini. Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto yang dibangun sejak tahun 2004 belum bisa dimanfaatkan sesuai tujuan awal, karena masalah gelombang besar dan sedimentasi. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Soft launching Pelabuhan Tanjung Adikarto belum bisa dilakukan karena sampai saat ini kapal besar belum bisa masuk ke area tersebut.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan DIY, Sigit Sapto Raharjo, menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian break water atau pemecah gelombang yang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus pantai, masih harus diperpanjang.

"Saat ini hanya kapal kecil di bawah 5 GT (gross ton) yang bisa masuk, yakni kapal motor tempel," ujarnya ketika dihubungi Tribun Jogja, Rabu (1/2/2017).

Bahan yang digunakan sebagai break water, imbuhnya, adalah geotube. Geotube sendiri menyerupai seperti bagor tapi memiliki kekuatan 1 ton per meter persegi.

Di dalamnya diisi dengan air dan pasir yang nantinya dijahit. Geotube dikatakan lebih murah karena pasirnya gratis yang juga berasal dari sekitar tempat tersebut.

"Kalau ini bisa diusulkan, maka tahun 2018 kita bangun, paling nggak 2019 bisa digunakan. Kemarin itu menurut penelitian biayanya adalah Rp150 miliar," tukasnya.

Ia menegaskan bahwa belum dilaksanakan soft launching kemarin karena dirinya tidak mau mengambil risiko. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved