Tempat Relokasi Belum Siap, Warga di Lahan Terdampak Bandara Kulonprogo Masih Enggan Pindah
Mereka bahkan enggan mengosongkan lahan jika fasilitas relokasi tersebut belum bisa ditempati.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Warga terdampak pembangunan bandara baru di Temon berharap tempat relokasi segera direalisasikan.
Mereka bahkan enggan mengosongkan lahan jika fasilitas relokasi tersebut belum bisa ditempati.
Seperti diketahui, batas akhir pengosongan lahan calon lokasi pembangunan bandara adalah per 1 Januari 2017 seperti yang sudah ditetapkan PT Angkasa Pura I sebelumnya.
Setelah lahan steril, pembangunan akan segera dilakukan dengan groundbreaking.
Hanya saja, hingga saat ini, warga belum juga mengosongkan lahan yang sudah dibebaskan dan diganti rugi. Aktivitas masyarakat pun masih berjalan seperti biasa.
Dukuh Bapangan, Desa Glagah, Suparjo mengatakan, belum satupun warganya yang beranjak dari rumahnya.
Lahan dan bangunan masih ditempati seperti biasa dan aktivitas masyarakat berjalan normal. Warga petani yang memanfaatkan lahan Paku Alam Ground (PAG) pun masih menggarapnya setiap hari.
"Warga di sini masih adem ayem saja, belum ada pindahan apa-apa. Semuanya masih seperti biasa. Belum ada instruksi untuk pengosongan dari Angkasa Pura maupun pemerintah desa," kata Suparjo, Senin (2/1/2017).
Kondisi yang sama menurutnya juga masih terlihat di beberapa wilayah lain yang juga terdampak. Warga disebutnya sudah siap jika sewaktu-waktu diminta untuk boyongan dan mengosongkan lahan calon bandara.
Hanya saja, hal itu semestinya harus disertai kesiapan tempat relokasi mengingat 80 persen warga dari 50 kepala keluarga di Bapangan memilih opsi relokasi.
Maka itu, warga enggan mengosongkan lahan mengingat belum adanya kepastian kesiapan relokasi untuk ditempati dari pemerintah.
"Kalau tempat relokasinya belum siap, kami mau pindah ke mana? Padahal warga di sini kebanyakan minta direlokasi," kata dia. (*)