Kemendikbud Buka Jalur Sertifikasi Ganda untuk Guru
Hal ini menjadi langkah untuk mengatasi problematika kekurangan guru di lini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggulirkan program alihfungsi atau sertifikasi ganda bagi para guru.
Hal ini menjadi langkah untuk mengatasi problematika kekurangan guru di lini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Dalam program alihfungsi ini, guru dengan sertifikasi keahlian mengajar diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan keahlian lain sesuai kebutuhan. Peserta program ini adalah para guru yang belum mampu memenuhi ketentuan waktu mengajar 24 jam tatap muka.
Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya (P4TK-SB) Yogyakarta, Salamun mengatakan, SMK di Indonesia masih kekurangan 91.000 guru. Program alih fungsi guru ini dipandang sebagai solusi terbaik untuk mengatasi hal tersebut dalam waktu relatif cepat. Mengingat, waktu yang dibutuhkan untuk mencetak guru-guru berkualitas berkisar 3-4 tahun lamanya.
"Guru bisa memiliki sertifikasi ganda dengan program ini. Nanti akan diberi pendidikan dan pelatihan selama setahun lalu mengajar di SMK yang masih kekurangan guru," tutur Salamun kepada wartawan di P4TK-SB Yogyakarta, Selasa (22/11/2016).
Peserta program akan mengikuti pembekalan selama tiga hari sebelum diterjunkan dalam on service learning selama 12 minggu. Mereka akan mengajar di sekolah lama dan juga praktek di sekolah baru yang kekurangan guru secara bergantian dengan pendampingan dari guru yang lebih senior.
Program alih fungsi secara nasional terbuka bagi 15.000 pendaftar dan dibagi ke 13 P4TK di seluruh Indonesia. Yogyakarta sendiri kebagian jatah mendidik 2.600 guru di antaranya dari wilayah Jawa dan Kendari. Antara lain untuk keahlian bidang pariwisata, elektronika, perkapalan, dan lainnya. Namun, sejauh ini baru 531 guru dari keahlian lain yang sudah mendaftar dan masih terbilang jauh dari target.
Salamun berharap, program ini mampu memenuhi kebutuhan akan guru SMK pada 2019. Pasalnya, selain menawarkan program tersebut Kemendikbud bersama Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek-PT) bekerjasama untuk mencetak guru-guru SMK. (*)