Lipsus Pelabuhan Tanjung Adikarto

Pemda Optimis Tanjung Adikarto Bisa Dimanfaatkan Sesuai Tujuan Awal

Ia belum tau secara detil terkait dengan hasil studi itu, namun menurutnya akan ada teknologi dari luar negeri yang diadopsi.

Penulis: dnh | Editor: oda
tribunjogja/dwi nourma handito
Gerbang pintu masuk darat ke Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto nampak sepi, foto diambil belum lama ini. Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto yang dibangun sejak tahun 2004 belum bisa dimanfaatkan sesuai tujuan awal, karena masalah gelombang besar dan sedimentasi. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Sigit Sapto Raharjo mengatakan bahwa tahun ini ditargetkan studi yang akan menghasilkan re design pelabuhan Tanjung Adikarto bisa selesai.

Ia belum tau secara detil terkait dengan hasil studi itu, namun menurutnya akan ada teknologi dari luar negeri yang diadopsi.

Ada lima hal yang akan dihasilkan dari studi itu. Yakni tentang review kondisi bangunan apakah layak atau tidak, kemudian tentang bagaimana idealnya pelabuhan itu sendiri.

Selain terkait dengan masalah manajemen sedimentasi yang menjadi problem utama serta bagaimana pengelolaan kawasan pelabuhan itu sendiri.

“Untuk kedepannya biayanya belum tau, karena idealnya seperti apa belum tau. Kalau seumpama hanya pembangunan Jetty, perlu (biaya), kalau hanya untuk pariwisata ngapain kita anggarkan,” ujar pria yang pada pertengahan 2015 menjabat sebagai pejabat Bupati Bantul ini, Selasa (21/09/2016).

Dari apa yang diutarakan oleh Sigit bisa dilhat bagaimana belum ada kepastian terkait dengan nasib Tanjung Adikarto kedepannya sebelum melihat hasil studi dan pelaksanaan nantinya dilapangan.

Namun dia optimis pelabuhan Tanjung Adikarto bisa dimanfaatkan seperti tujuan awal.

Ia pun menepis bahwa pelabuhan tidak bisa dimanfaatkan karena memang lokasi yang salah.

“Mind set ini yang harus kita ubah, tanah atau laut bukan suatu warisan. Suatu titipan yang maha kuasa, titipan, oleh manusia bisa digunakan untuk opo wae. Sebetulnya tidak ada karakter di sana cocok apa tidak, tergantung manajemennya. Satu contoh di pantai selatan Australia luwih ganas di sana, tetapi ternyata bisa,” kata Sigit. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved