Kisah Murwadi yang Puluhan Tahun Perankan Rama
Tak ada sedikitpun gerakkan canggung Muwardi. Rama merupakan peran yang selalu ia mainkan lebih dari 20 tahun.
Penulis: app | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Seni merupakan gambaran nyata kehidupan manusia. Melalui seni seseorang bisa mengekspresikan berbagai hal dalam benaknya.
Seperti kebutuhan pokok, bagi seniman, seni adalah ekspresi jiwa. Akan layu jika terbelenggu tanpa karya, akan mekar jika diapresiasi secara nyata. Tidak semata-mata perkara uang, cukup mimik wajah sumringah penikmatnya.
Murwadi begitu serius menatap Rahwana, pertarungan begitu hebat terjadi untuk memperebutkan Sinta. Ya, Muwardi yang sudah berusia 51 tahun, masih tetap luwes memerankan Rama.
Tubuhnya masih tampak ideal seperti lelaki usia 30an, hanya saja keriput di bagian wajah sudah tidak bisa disembunyikan lagi lewat riasan.
Tak ada sedikitpun gerakkan canggung Muwardi. Rama merupakan peran yang selalu ia mainkan lebih dari 20 tahun. Walaupun, ia harus berpasangan dengan Sinta yang diperankan perempuan 23 tahun.
Meski berselisih 28 tahun, keduanya masih tampak serasi disandingkan satu panggung.
"Anak saya saja kelahiran 90, ini Sintanya kelahiran 93. Ya seperti bermain dengan anak sendiri," ujarnya sembari tertawa.
35 tahun sudah Murwadi berkecimpung didunia seni tari. Berawal dari hobinya mengikuti kegiatan tari di SMP, akhirnya hobi tersebut terus berjalan samapai sekarang.
Lulusan IKIP Negeri Yogyakarta atau sekarang UNY tersebut, mengaku begitu menikmati setiap peran. Baik peran diatas panggung maupun peran di kehidupan nyata.
Kehidupan Sehari-hari
Pria asal Gadingan, Sidoharjo, Ngaglik, Sleman tersebut merupakan salah satu seniman yang beruntung.
Sejak tahun 1992 setiap hari selalu rutin tampil di Sendratari Ramayana Ballet Purawisata Mandira Baruga.
Selain itu, Murwadi dalam kesehariannya merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementrian Agama.
Ditengah-tengah kesibukanya tersebut, Murwadi masih sempat membagi waktunya mengajar seni tari dilingkungannya.
Setiap hari, Murwadi memberikan latihan kepada muridnya secara cuma-cuma. Murwadi pun masih sempat memelihara tanaman hias di rumah dan menjadi MC di acara pernikahan.
"Waktu tidur pasti kurang, meski sebentar yang penting tidurnya berkualitas. Ini saya setelah pentas masih latihan lagi sampai jam 12. Sore juga latihan bersama murid-murid di rumah," kisahnya.
Mengajarkan seni bagi sosok seperti Murwardi merupakan sebuah kewajiban. Murwardi merasa punya tanggung jawab dalam melestarikan budaya.
Marching Band
Saat masih berkuliah pun, Murwadi masih menyempatkan diri mengajar marching band di berbagai sekolah.
Meskipun lelah karena jadwal yang padat, Muwardi merasa bangga dan senang karena dapat terus berkarya.
Baginya, bisa tampil dihadapan turis mancanegara adalah sebuah kebanggaan. Membuat penonton terhibur baginya adalah pencapaian tertinggi seorang seniman.
Seni tari bagi Murwadi sebagai motivasi dan kebutuhan jiwa. Dengan seni jiwa menjadi dinamis sekaligus sebagai sarana berolahraga.
Seni tari sebagai ekspresi sebuah cerita, selain indah gerakannya harus ada makna. (tribunjogja.com)