Deddy Corbuzier Tanggapi Sinis Wacana Full Day School Mendikbud
Cukup banyak pihak yang menentang wacana itu karena khawatir anak akan menjadi stres. Salah satu yang secara tegas menolak adalah Deddy Corbuzier.
Penulis: say | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM - Wacana sekolah seharian (full day school) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, ditanggapi beragam oleh masyarakat. Cukup banyak pihak yang menentang wacana itu karena khawatir anak akan menjadi stres.
Salah satu yang secara tegas menolak full day school adalah mentalist Deddy Corbuzier. Siang ini, Rabu (10/8/2016), ia membuat sebuah postingan Facebook yang berisi ketidaksetujuannya akan wacana tersebut.
Hanya dalam waktu lima jam, ungkapan keresahan Deddy itu sudah disukai lebih dari 14.700 orang.
Menurut bapak satu anak itu, anak kecil, terutama usia sekolah dasar (SD) lebih baik banyak bermain dari pada banyak belajar. Pasalnya bila terlalu banyak belajar, maka anak bisa menjadi stres.
Orang dewasa saja mengalami stres saat kerja sampai pukul 17.00 WIB ataupun lebih.
"Apapun alasannya dan apapun programnya, anak di sekolah tiap hari sampai jam 5 is so wrong. Ini sekolah, secukupnya. Bukan tempat penitipan anak," tegas Deddy.
Ia pun membandingkan wacana ini dengan kondisi di Finlandia yang merupakan salah satu negara dengan pendidikan terbaik. Di sana, siswa hanya sekolah selama tiga jam dan tidak ada pekerjaan rumah.
Menurut Deddy, sebaiknya pemerintah mengubah konsep belajarnya, bukan justru menambah jam sekolahnya.
"Dudde come on, are you kidding me?" ujarnya.
Postingan Deddy ini langsung dikomentari oleh ribuan netizen. Ada yang setuju, tetapi ada pula yang tak sependapat dengan opini tersebut.
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengeluarkan wacana full day school bagi siswa SD dan SMP. Berdasarkan wacana itu, siswa juga akan libur dua hari setiap pekannya, yakni Sabtu dan Minggu.
Menurut Muhadjir seperti dikutip dari Kompas.com, bukan berarti siswa akan belajar sehari penuh di sekolah. Siswa dapat mengikuti berbagai kegiatan untuk pendidikan karakter, seperti ekstrakuriler setelah jam belajar berakhir.
Konsep ini juga diyakini dapat menghindarkan siswa dari hal-hal negatif, seperti tawuran dan narkoba. (*)