Game Pokemon Go Dinilai Berpotensi Dimanfaatkan Kelompok Radikal

Permainan itu dipandang memiliki potensi dimanfaatkan pihak tertentu untuk menyebarkan paham radikal dan melancarkan aksi terorisme.

The Pokemon Company
Pokemon GO 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Demam permainan daring Pokemon Go yang ramai jadi bahan pembicaraan belakangan ini patut terus diwaspadai.

Permainan itu dipandang memiliki potensi dimanfaatkan pihak tertentu untuk menyebarkan paham radikal dan melancarkan aksi terorisme.

Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pengawasan dan Kontra Propaganda, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kolonel Infanteri Dadang Hendrayuda menyebut, semua hal yang berhubungan dengan internet alias dunia maya bisa dimanfaatkan sekelompok orang untuk menyebarkan ajaran radikal maupun aksi terorisme.

Kelompok radikal dan terorisme sekarang ini cenderung pintar dalam memanfaatkan teknologi informasi. Bukan tidak mungkin, permainan-permainan macam Pokemon Go juga jadi jalan untuk melancarkan aksi.

"Semua yang berhubungan dengan dunia maya bisa dimanfaatkan oleh pelaku terorisme. Termasuk permainan-permainan berbasis online ini," kata Dadang seusai membuka Pelatihan Duta Damai Dunia Maya di Hotel The Alana Yogyakarta, Sleman, Selasa (19/7/2016).

Menurutnya, game semacam itu menyediakan fitur komunikasi yang memungkinkan para teroris dapat saling terhubung tanpa dicurigai. Metode komunikasi melalui aplikasi permainan online terbukti pernah dimanfaatkan pelaku terorisme dalam peristiwa di Paris beberapa waktu lalu.

Maka itu, pihaknya memandang permainan online macam Pokemon Go dan game perang yang beredar di masyarakat perlu terus dipantau dan diwaspadai.

Untuk mencegah penyalahgunaan internet dan media sosial dalam penyebaran ajaran radikal dan terorisme, BNPT merasa perlu memberi pelatihan khusus bagi komunitas generasi muda yang kesehariannya banyak menggunakan internet.

Antara lain para blogger, mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) dan penggiat Informasi Teknologi (IT). Mereka akan bertugas untuk menyebarkan pesan-pesan positif antiterorisme di dunia maya.

"Kami sengaja libatkan anak muda dalam agenda kontra terorisme mengingat mereka kini juga sudah menjadi sasaran propaganda kelompok radikal. Internet dan media sosial saat ini sudah digunakan untuk penyebaran paham radikal. Untuk itu, perlu dilawan dengan media yang sama namun dengan konten yang lebih damai dan menyejukkan," kata dia. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved